Gulen Pemimpin Cinta Damai

Heryadi
20/7/2016 11:49
Gulen Pemimpin Cinta Damai
(AP/Selahattin Sevi)

DI tengah upayanya memulihkan kontrol atas pemerintahan pascakudeta militer Jumat (15/7), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding ulama terkemuka Fethullah Gulen yang kini bermukim di Amerika Serikat dan para pendukungnya sebagai dalang kudeta yang menewaskan 265 orang itu.

Namun, sejumlah pihak meragukan tudingan itu. Gulen pun menyangkal terlibat kudeta. Dia bahkan mengecam aksi itu. “Saya mengecam keras percobaan kudeta militer di Turki. Pemerintahan harus didapat melalui proses pemilu yang bebas dan adil bukan dengan kekuatan,” kata Gulen melalui e-mail kepada the New York Times.

Siapakah sebenarnya Gulen dan mengapa dia dituding menjadi dalang kudeta? Tokoh berusia 78 tahun itu ialah imam gerakan Hizmet, sebuah gerakan Islam moderat yang tersebar di sejumlah negara dan memiliki jutaan pengikut. Jumlah pengikut Gulen yang sangat besar menjadi pendukung utama Erdogan di tahun-tahun awal kepemimpinannya di Turki pada 2003.

Ulama bernama lengkap Muhammed Fethullah Gulen itu sejak 1999 bermukim di Pensylvania, AS. Ia beralasan pindah untuk menjalani pengobatan. Namun, banyak yang meyakini hal itu untuk menghindari penangkapan oleh penguasa militer ketika itu, sebelum wawancaranya dipublikasikan kemudian. Dari ‘Negeri Paman Sam’ itu, Gulen memimpin gerakan yang menyerukan perdamaian dan demokrasi tersebut.

Pemicu keretakan hubungan keduanya ditengarai upaya Erdogan untuk berdamai dengan kelompok Kurdi, suku pemberontak di negeri itu. Sejak itu, Erdogan membera­ngus Dershanes, sekolah yang dijalankan Gulenis, julukan untuk para pengikut Gulen .

Kehadiran unsur-unsur Gulen ia di dalam militer Turki memang tidak disangkal. Namun, banyak pakar menyangsikan mereka terlibat dalam kudeta. “Apakah ada faksi Gulenis di dalam militer? Memang ada, tetapi terlalu mudah diatasi,” ujar Natalie Martin, dosen politik dan hubungan internasional di Nottingham Trent University.

Apolitis
Menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faisal Zaini, tu­dingan Erdogan terhadap Gulen tidak berdasar. Dia mengatakan Gulen ialah sosok yang apolitis. Gulen tidak tertarik berpolitik dan lebih banyak aktif di gerakan-gerakan masyarakat sipil (civil society).

“Sosok yang apolitis ditarik seolah-olah menjadi dalang dari kudeta. Ini harus hati-hati. Bisa jadi ada invisible hand yang memainkan konspirasi besar di Turki,” ujar Helmy di Jakarta.

Menurut mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Komaruddin Hidayat mengatakan sulit menerima tuduhan Gulen terlibat dalam kudeta militer yang sudah terjadi beberapa kali di Turki. Gulen , kata dia, lebih dikenal sebagai tokoh dialog antaragama dan antikekerasan.

“Sejauh ini belum bertanya persis (kondisi terakhir di Turki), yang saya tahu persis, Gulen (Hizmet) bergerak di pendidikan, kebudayaan, dan dialog antaragama. Kalau melihat reputasi dia, dia telah mendirikan lebih dari 1.500 sekolah dalam bidang sains dan pembentukan karakter di seluruh dunia, bahkan di Vietnam, Australia, dan Rusia, mayoritas muridnya nonmuslim,” ungkap Komaruddin kepada Media Indonesia, Senin (18/7).

Senada, Mantan Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri mengakui gerakan Fe­tullah Gulen yang dikenal dengan Hizmet sangat jauh dari tindakan kekerasan. Gulen dianggap sebagai ulama yang karismatik dan memiliki banyak pengikut setia melalui tulisan dan ceramah-ceramah yang disampaikannya.

“Gagasan dan pikirannya hanya untuk mengoreksi pemerintahan agar berjalan dengan baik, kemudian jika diterjemahkan dalam bentuk kudeta, saya tidak bisa berspekulasi, tapi saya ragu Gulen yang membuat plot,” ujarnya.(AFP/Ard/Ihs/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya