Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PEMBANTAIAN terhadap pengunjung kafe Holey Artisan Bakery di Dhaka, Ibu Kota Bangladesh, telah memicu kekhawatiran munculnya gelombang kekerasan oleh kelompok militan di negara Asia Selatan itu.
Salah satu sektor yang dikhawatirkan akan sangat terpukul atau terpuruk oleh kekerasan tersebut ialah industri garmen.
Industri dan bisnis garmen merupakan tulang punggung ekonomi Bangladesh, yang dibangun mengandalkan suplai fesyen 'murah-meriah' ke merek-merek dagang besar di dunia.
Negara Bangladesh ini merupakan eksportir pakaian terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
"Serangan ini akan memalingkan minat orang-orang asing," kata Faruque Hassan, wakil presiden senior di Asosiasi Pengekspor dan Produsen Garmen Bangladesh, lembaga yang mewakili 4.500 pabrik.
"Dampak dari serangan ini akan sangat merusak bagi industri garmen. Kami sekarang sangat khawatir," tambah Hassan, yang juga menjabat Managing Director Giant Grup, perusahaan yang memasok pakaian untuk peritel, termasuk Marks and Spencer dan Next.
Kekhawatiran Hassan bukan tanpa dasar.
Pasalnya, sebagian besar korban pembantaian di kafe tersebut ialah warga Italia dan Jepang.
Polisi telah menangkap 11 ribu orang bulan lalu dalam operasi razia atau penggerebekan ke kantong-kantong terduga militan.
Serangan, pembunuhan, dan kekerasan yang dilancarkan kelompok militan semakin membuat Bangladesh terjerembap ke jurang kekerasan yang mendalam.
Negara itu telah dilanda instabilitas politik sejak merdeka pada 1971.
"Krisis penyanderaan di Dhaka ialah tragedi mengerikan yang mencerminkan betapa keamanan kian memburuk di negara itu," ujar Sarah Labowitz, co-director di NYU Stern Center for Business and Human Rights di New York, Amerika Serikat.
Labowitz menekankan bahwa aksi kekerasan menyajikan 'ancaman serius bagi perekonomian' dan akan membuat para pembeli dan peminat fesyen menjauh di bulan-bulan menjelang musim belanja liburan.
Meskipun seperempat dari 160 juta penduduk Bangladesh masih hidup di bawah garis kemiskinan, negara itu telah mencatat pertumbuhan sekitar 6% hampir setiap tahun sejak pergantian milenium.
Pertumbuhan itu sebagian besar berkat ekspor garmen, sumber hidup ekonomi negara, yang komposisinya lebih dari 80% dari total barang yang keluar tahun lalu.
Ahsan Mansur, mantan perwakilan untuk Dana Moneter Internasional (IMF) di Islamabad, Pakistan, mengkhawatirkan perdagangan Bangladesh mungkin akan menderita nasib yang sama seperti negara rivalnya yang tengah bergolak, Pakistan.
"Saya melihat kemerosotan ekonomi yang menjanjikan menjadi hotspot teroris. Serangan ini mengingatkan saya pada hari-hari kelam itu, meskipun saya berharap hal-hal yang saya takutkan tidak terjadi," kata Mansur, yang sekarang menjabat Direktur Eksekutif Policy Research Institute di Dhaka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved