Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
ENAM pelaku penyanderaan dan penyerangan di restoran kelas menengah Holey Artisan Bakery, Dhaka, Bangladesh, tewas setelah berjam-jam baku tembak dengan polisi, Sabtu (2/7).
Sebelumnya, 35 pengunjung restoran disandera dan 20 di antara mereka tewas dibunuh pelaku.
Hasil penyelidikan polisi menyebutkan lima di antara pelaku merupakan pemuda berlatar belakang keluarga ekonomi mapan, perlente, dan berpendidikan.
Itu jelas mengubah stereotip pelaku penyerangan atas nama Islamic State (IS).
Selama ini mereka yang bergabung dengan kelompok tersebut umumnya berasal dari ekonomi kelas bawah.
Hanya satu pelaku yang teridentifikasi berlatar belakang madrasah, yakni Khairul Islam Payel.
Sementara itu, lima orang lainnya tercatat sebagai lulusan universitas swasta ternama dan mahal di Bangladesh.
"Mereka semua pemuda dengan pendidikan tinggi dan berasal dari keluarga yang mapan," kata Menteri Dalam Negeri Bangladesh Asaduzzaman Khan.
Meski IS mengklaim mendalangi serangan itu, pemerintah Bangladesh tetap menampik IS telah memasuki wilayah mereka.
Sebelumnya, IS merilis foto kelima pelaku tengah memegang senjata api.
Otoritas Bangladesh hanya memublikasikan inisial pelaku setelah menginterogasi seorang pelaku penembakan yang selamat.
Namun, beberapa teman pelaku mengonfirmasi identitas pelaku.
Nibras Islam, 22, salah seorang pelaku, sempat bersekolah di Monash University, Malaysia, sebelum menghilang Januari lalu.
Seorang kerabat mengatakan Islam merupakan siswa populer yang aktif dalam kegiatan olahraga.
Dari Monash University, Islam melanjutkan studi ke North South University (NSU), universitas swasta ternama di Bangladesh.
Salah satu mahasiswa universitas itu sempat berupaya mengebom Bank Sentral AS (The Fed) di New York pada 2012.
Pelaku penyerangan lainnya yang teridentifikasi ialah Mir Saameh Mubasheer yang bersekolah di Scholastica, sebuah sekolah berbahasa Inggris di Bangladesh.
Mubasheer dilaporkan hilang sejak Februari.
Mir Hayat Kabir, ayah Mubasheer, khawatir anaknya telah mengalami pencucian otak.
"Dalam hati saya merasa ia telah tersihir. Kami orangtua yang baik, tetapi mereka (IS) mengambil anak kami," tutur Kabir.
Nama selanjutnya yang teridentifikasi ialah Rohan Imtiaz yang juga bersekolah di Monash University, Malaysia, setelah merampungkan studi di Scholastica tempat ibunya bekerja sebagai guru.
Sementara itu, ayahnya, Imtiaz Khan Babul, merupakan mantan sekretaris pemuda Dhaka yang berhaluan Partai Liga Awami. Rohan dilaporkan hilang sejak Januari 2016.
Anggapan keliru
Monash University belum mengonfirmasi kebenaran hal itu.
Pakar politik Islam Liberal Arts University, Dhaka, Mubashar Hasan mengatakan telah terjadi kekeliruan anggapan bahwa madrasah sebagai otak teror atas nama Islam.
"Banyak yang mengaku pakar di Bangladesh menulis dan hanya menyalahkan madrasah sebagai biang terorisme," imbuh Hasan.
Pinak Ranjan Chakravarty, mantan diplomat India dan pakar kebijakan Bangladesh untuk Observer Research Foundation, memaparkan dengan latar belakang mereka yang mapan, otoritas akan sulit untuk curiga.
Hal itu menjadi daya tarik utama IS merekrut mereka.
"Mereka tidak seperti stereotip pemuda pendidikan madrasah. Saya curiga mereka dihasut perekrut. Secara sadar mereka memilih orang-orang ini. Pemerintah dan badan intelijen tidak akan menyangka," imbuhnya.
Taj Hashmi dari kajian keamanan di Austin Peay State University, Amerika Serikat, memaparkan sejumlah pembajak pesawat pada kejadian 11 September 2011 juga berasal dari keluarga kaya.
Hal itu memang telah terjadi jauh sebelum kedatangan IS.
"Masyarakat kelas atas yang termarginalkan dan marah telah terlibat dalam teror atas nama Islam selama 30 tahun terakhir," jelas Hashmi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved