Kantor Polisi di Dallas Dihujani Teror Kekerasan

AFP/Hym/X-4
11/7/2016 05:45
Kantor Polisi di Dallas Dihujani Teror Kekerasan
(AFP/KENA BETANCUR)

SUASANA Dallas, kota utama di Negara Bagian Texas, AS, kian mencekam.

Warga kota cemas akan keamanan lingkungan mereka setelah kantor-kantor kepolisian di penjuru negara menerima ancaman dan teror kekerasan terhadap aparat.

Instabilitas keamanan ini imbas dari pembunuhan dua pria kulit hitam, Philando Castile di Minnesota dan Alton Sterling di Louisiana, dan penembakan lima polisi pada Kamis (7/7) oleh seorang ekstremis kulit hitam, Micah Johnson.

Selain menewaskan 5 polisi, penembakan juga melukai 7 polisi lain dan 2 warga sipil. Dalam penyelidikan, polisi menemukan bahan pembuat bom dan senjata di rumah Johnson.

Gedung Putih mengesampingkan keterkaitan Johnson dengan organisasi teroris.

Namun, laman Facebook Johnson menunjukkan ia terkoneksi dengan gerakan radikal komunitas kulit hitam yang masuk ke daftar kelompok penyebar kebencian.

Tim SWAT dikerahkan di sekitar markas Departemen Kepolisian Dallas, Sabtu (9/7) waktu setempat, ketika petugas menyelidiki laporan adanya orang mencurigakan di sebuah garasi.

Menurut polisi, penyelidikan mereka menunjukkan Johnson bertekad memusnahkan orang-orang kulit putih sebagai buntut tewasnya Castile dan Sterling.

Pria yang membunuh seseorang di Tennessee juga mengaku kepada penyidik bahwa ia termotivasi oleh pembunuhan warga kulit hitam baru-baru ini oleh polisi kulit putih.

Meski beberapa ancaman dinyatakan tidak spesifik dan tidak kredibel, sejumlah ikrar kekerasan lain lebih menyasar target.

Di Louisiana, misalnya. Seorang pria mem-posting video daring yang menunjukkan dia sedang berkendara di belakang mobil polisi dan mengatakan ingin membunuh seorang perwira.

Polisi mengungkapkan pelaku yang bernama Kemonte Gilmore itu menggenggam pistol dalam video dan berbicara terkait pembunuhan Castile dan Sterling.

Dari Mississippi, Kepala Kepolisan Waveland David Allen mengakui semua ancaman itu datang via telepon dan media sosial.

Dalam menanggapi ancaman itu, pihaknya pun menambah jumlah petugas.

Mawuli Davis, pengacara dan aktivis di Atlanta, mengatakan apa yang terjadi kini merupakan kelanjutan dari peristiwa beberapa tahun terakhir karena tidak ada dialog serius atas masalah ras dan percekcokan polisi dengan warga kulit hitam.

Ketegangan antara polisi dan komunitas Afro-Amerika terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir di tengah tingginya jumlah laki-laki kulit hitam yang tewas di tangan penegak hukum.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya