Uni Eropa Diminta Jaga Persatuan

Indah Hoesin
25/6/2016 12:02
Uni Eropa Diminta Jaga Persatuan
(AFP)

KEMENANGAN para pendukung yang memilih suara 'leave' (tinggalkan) dalam referendum, Jumat (24/6) Britania Raya dipastikan tidak lagi menjadi anggota Uni Eropa (UE). Dengan penuh kekecewaan, Presiden UE Donald Tusk pun bereaksi.

Donald Tusk mengatakan UE akan tetap bersatu meskipun Inggris telah memutuskan untuk keluar. "Hari ini (kemarin) atas nama 27 pemimpin negara (UE), saya dapat mengatakan bahwa kami bertekad untuk menjaga persatuan sebagai 27 negara," ujarnya.

Tusk mengatakan kini ialah momen bersejarah, tetapi yang pasti bukan momen untuk bereaksi secara histeris. Ia tampaknya menginginkan kemenangan kelompok ­Brexit tidak ditanggapi dengan kekhawatiran.

Sebelumnya, 51,9% penduduk Inggris memilih untuk keluar dari UE mengalahkan 48,1% yang memilih untuk tetap. Hasil tersebut berbeda dari prediksi sebelumnya dan mengakibatkan gelombang kejutan di seluruh dunia termasuk para ahli dan pasar yang sama-sama terpukul.

Sebelum referendum digelar, Tusk telah mengingatkan bahwa keluarnya Inggris akan mengakhiri peradaban politik Barat. Ia ingin meyakinkan semua warga negara di kawasan ‘Benua Biru’ bahwa pemimpin mereka mempersiapkan hal yang sama.

Tusk menjelaskan tidak akan ada kekosongan hukum. Semua prosedur keluarnya negara Inggris akan tercatat jelas dalam perjanjian.

Sementara itu, 27 pemimpin negara anggota UE akan menggelar pertemuan informal di sela-sela pertemuan puncak pekan depan. Tusk akan mengusulkan memulai refleksi yang lebih luas dalam diri UE pada pertemuan tersebut.

Tusk tak henti memperingatkan bahaya sentimen anti-UE karena dalam beberapa tahun ini sentimen Eurosceptic telah berkembang pesat yang sebagian besar menentang program penghematan yang diberlakukan Belgia.

Sebelum konferensi pers, Tusk menekankan bahwa tidak ada alasan untuk berputus asa meskipun mengakui beberapa tahun ke belakang ialah masa sulit dalam sejarah UE. "Apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu kuat," ujar Tusk.

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan, "Kami menghormati hasil. Kami mendapat kejelasan bagi Kerajaan Inggris maju dengan caranya."

"Sekarang saat bagi kami untuk bersikap serius dan bertanggung jawab. (PM) David Cameron memiliki tanggung jawab terhadap negaranya, kami memiliki tanggung jawab untuk masa depan UE. Kalian akan melihat apa yang terjadi dengan pound sterling di pasar. Saya tidak ingin melihat yang sama dengan euro," jelasnya.

Temui Cameron
Dengan hasil yang tidak terduga dalam referendum Inggris, Presiden Amerika Serikat (AS) berencana segera bertemu dan berdiskusi dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

"Presiden telah melakukan pertemuan singkat mengenai hasil referendum Kerajaan Inggris dan dia akan melanjutkan untuk memperbarui bersama timnya sebagaimana menghadapi situasi saat ini," jelas Gedung Putih dalam pernyataannya.

"Kami berharap Presiden (Obama) akan memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Perdana Menteri Cameron pada hari berikutnya dan kami akan memberi pernyataan segera secara tepat," tambah pihak Gedung Putih.

Sebelum referendum digelar, Obama sangat mendukung gerakan anti-Brexit yang diusung Cameron. Ia mengungkapkan betapa ruginya jika Inggris akhirnya harus keluar dari keanggotaan UE.

Kedua pemimpin negara yang bersekutu tersebut jelas kecewa. Tidak mengherankan jika Obama tidak sabar bertemu dengan Cameron yang telah menyatakan mengundurkan diri setelah kelompok Brexit unggul.

Sejauh ini, Obama belum memastikan kapan bertemu sahabatnya, Cameron. Pasalnya, hari ini, ia masih berada di Kota San Francisco, AS, untuk bertemu dengan para pemimpin dari industri teknologi. (AFP/Ihs/I-3)

indah_hoesin@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya