Senat AS Tolak UU Kontrol Senjata

Ihs/I-2
22/6/2016 05:45
Senat AS Tolak UU Kontrol Senjata
(AFP/Alex Wong)

Senat Amerika Serikat (AS) gagal berkompromi pada salah satu isu paling sensitif, pengendalian kepemilikan senjata, dalam pemungutan suara, Senin (20/6). Mereka menolak empat usulan langkah pengendalian senjata.

Penolakan itu terjadi di tengah suasana berkabung setelah penembakan di sebuah kelab malam di Orlando, pekan lalu. Penembakan yang menewaskan 49 orang itu merupakan yang paling mematikan dalam sejarah negeri itu.

Dalam pemungutan suara, Partai Demokrat mengusulkan dua draf yang berupaya mencegah orang-orang dalam daftar pengawasan FBI atau daftar larangan terbang untuk membeli senjata api. Demokrat juga mengusulkan memperketat pemeriksaan latar belakang kejahatan dan kesehatan pembeli senjata api di pameran senjata atau di internet.

Partai Republik yang menguasai kursi Senat secara umum menentang langkah-langkah tersebut dengan dalih bahwa hak memiliki senjata api dilindungi Konstitusi AS.

Partai Republik mengusulkan masa tunggu 72 jam bagi mereka yang berada dalam daftar pengawasan FBI yang berusaha membeli senjata, sehingga pemerintah memiliki waktu untuk mendapatkan perintah pengadilan untuk memblokir transaksi jika diperlukan. Republik juga mengusulkan peningkatan pemeriksaan latar belakang sistem. Kedua usulan Republik itu juga ditolak Partai Demokrat.

Ada 46 senator Partai Demokrat dan 54 senator dari Partai Republik di Senat. Upaya seperti itu sering kali sulit untuk lolos di Senat karena dibutuhkan 60 suara dari 100 untuk bisa diajukan sebagai UU. Senat pernah melakukan voting serupa pada Desember 2012, setelah tragedi penembakan di sekolah di Connecticut dan serangan San Bernardino. Upaya itu juga gagal.

Anggota Senat Demokrat Dick Durbin sangat menyesalkan kegagalan pelolosan UU tersebut. “Hari ini, Senat menolak para korban kekerasan senjata dari Orlando hingga San Bernardino, dari Newtown sampai jalan-jalan di Chicago,” ujarnya.

Sementara itu, kandidat calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang berbicara panjang lebar tentang perlunya mengekang kekerasan senjata seminggu sejak tragedi Orlando hanya menyampaikan komentar pendek saat menanggapi kegagalan itu.

“Cukup,” ujar Clinton yang diikuti menyebut nama dan umur korban-korban Orlando.

Sementara itu, rivalnya, Donald Trump, sejak tragedi Orlando secara kontroversial mengatakan harapannya terhadap semakin banyak orang yang membawa senjata ke tempat hiburan malam untuk membela diri. Namun, Trump kemudian menjelaskan bahwa harapan tersebut ditujukan kepada petugas keamanan dan pelayan. (AFP/Ihs/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya