Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PATUNG perunggu Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris (1940-1945 dan 1951-1955) dengan pose berjalan tegap berdiri di Kompleks Museum Petit Palais di Paris, Prancis. Patung itu dibuat sebagai pengingat momen November 1944, saat sang perdana menteri mengunjungi Paris segera setelah berakhirnya pendudukan Nazi.
Patung itu didirikan sebagai penghargaan untuk kepemimpinan Churchill selama masa perang dan visinya untuk Eropa. Beberapa bulan setelah kunjungannya ke Paris, Churchill berbicara tentang perlunya ‘menciptakan kembali keluarga Eropa’, dengan Jerman dan Prancis sebagai jantungnya. “Kita harus membangun semacam Eropa Amerika Serikat,” ujar Churchill, tentang mimpinya mengenai Eropa.
Kini, lebih dari 70 tahun kemudian, ‘keluarga Eropa’ itu tampaknya lebih antusias akan hal-hal yang berbau proyek ketimbang kepentingan kompatriot. Bahkan, Inggris kini malah menjadi negara anggota awal yang menggagas nonaktif dari Uni Eropa (UE), yang diramalkan bakal menjadi awal ‘disintegrasi’ blok 28 negara itu.
Rakyat Inggris akan menggelar referendum pada Kamis (23/6) nanti untuk menentukan apakah ‘Negeri Ratu Elizabeth’ harus hengkang dari UE (Brexit) atau tidak.
Sejumlah jajak pendapat, kemarin, menunjukkan Inggris bisa berpotensi keluar dari UE meski suara kalangan yang menolak juga kuat. Potensi itu datang sehari setelah acara mengenang anggota parlemen Jo Cox, yang tewas dibunuh beberapa hari lalu.
Sejumlah jajak pendapat lain menunjukkan kubu pro dan anti-UE bersaing ketat. Sebuah survei ORB untuk Daily Telegraph menunjukkan kubu ‘bertahan’ unggul tipis dengan 49% suara, tidak berubah dari pekan sebelumnya, sementara kalangan ‘keluar’ naik tiga poin menjadi 47%.
“Hasil referendum tidak pasti. Saya berharap yang terbaik untuk Inggris,” ungkap pakar politik, Lynton Crosby dalam komentarnya di Daily Telegraph.
Jajak pendapat kedua oleh Yougov untuk The Times menunjukkan kalangan anti-UE memimpin tipis dengan 44% versus 42% untuk ‘bertahan’. Survei-survei itu sebagian besar dilakukan setelah insiden pembunuhan Cox, seorang anggota parlemen Partai Buruh yang pro-Uni Eropa.
Adapun penelitian ketiga menunjukkan pihak ‘bertahan’ unggul enam poin. Namun demikian, para peneliti Natcen menekankan bahwa potensi hasil 50-50 masih dalam margin of error survei mereka.
Para komentator mempertanyakan apakah retorika kampanye telah dirusaki aksi buruk atau tidak fair, saat kritik terfokus pada poster kritik anti-Uni Eropa oleh Nigel Farage, pemimpin UK Independence Party (UKIP). Di poster itu, terpampang para migran yang antre dan kata-kata, ‘Breaking Point’.
Peringatan Soros
Seorang anggota senior Partai Konservatif yang berkuasa, mantan ketua partai Sayeeda Warsi, mengatakan ia yang tadinya anti-UE menarik dukungan gara-gara poster yang mencerminkan kampanye tidak sehat itu.
Sementara itu, di tengah ‘percekcokan’ Brexit itu, miliarder George Soros memperingatkan tentang ‘Black Friday’ jika Inggris memilih keluar dari UE. Dalam tulisannya di the Guardian, Soros mengatakan mata uang pound sterling akan menurun drastis kalau London hengkang dari blok tersebut. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved