Produksi Senjata Nuklir Berkurang

I-1
14/6/2016 01:45
Produksi Senjata Nuklir Berkurang
(AP)

STOCKHOLM International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan jumlah gudang senjata nuklir di dunia kini berkurang.

Sebelumnya, sembilan negara produsen nuklir, Amerika Serikat (AS), Rusia, Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara (Korut), memproduksi sebanyak 15.395 hulu ledak di awal 2016, sebanyak 4.120 di antaranya telah didayakan.

Jumlah itu berkurang dari tahun sebelumnya sebanyak 15.850 total hulu ledak.

"Persediaan senjata nuklir global telah menurun sejak puncaknya di pertengahan 1980-an sebanyak 70 ribu hulu ledak nuklir. Penurunan terutama disebabkan pemangkasan (produksi) oleh kekuatan nuklir Rusia dan AS," kata peneliti SIPRI Shannon Kile dan Hans Kristensen dalam laporan tahunan seperti dilansir AFP, kemarin.

SIPRI merupakan lembaga independen yang menyoroti tren keamanan global saat ini dan masa depan.

Menurut penelitian lembaga itu, tiga perjanjian pembatasan senjata yang ditandatangani pada 1991 diduga menjadi pendorong utama menurunnya angka tersebut.

Hal itu juga disebabkan pemangkasan produksi nuklir oleh dua negara yang jumlah kepemilikan nuklir mereka berkontribusi 93% atas total kepemilikan nuklir global, yakni AS dan Rusia.

Di awal 2016, Rusia diestimasi memiliki 7.290 hulu ledak, sedangkan AS memiliki 7.000 hulu ledak.

Negara-negara lainnya yang memiliki hulu ledak nuklir antara lain Prancis (300), Tiongkok (260) Inggris (215), Pakistan (110-130), India (100-120), serta Israel (80) dan Korut (10).

"Namun, laju pengurangan mereka tampaknya melambat jika dibandingkan dengan satu dekade lalu. Baik Rusia maupun AS ... tidak membuat penurunan yang signifikan pada kekuatan nuklir strategis sejak perjanjian bilateral Start berlaku," jelas SIPRI.

Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New Start) mulai berlaku pada 2011.

SIPRI berkesimpulan pengurangan terbilang tidak signifikan karena tidak ada prospek negara (produsen) nuklir yang akan menghentikan aktivitas nuklir mereka di masa depan.

Justru, perluasan, modernisasi, dan penambahan kapasitas nuklir berbiaya mahal terus digencarkan AS dan Rusia

"Tidak ada satu pun negara pemilik senjata nuklir siap untuk menyerah pada persenjataan nuklir mereka di masa mendatang," tambah SIPRI.


Ambisi AS

Seperti dilansir harian di India Siasat Daily, AS berencana menggelontorkan dana US$348 miliar pada periode 2015-2024 untuk perawatan dan pembaruan secara komprehensif kekuatan nuklir mereka.

Bahkan, sejumlah pihak memprediksi biaya itu akan lebih fantastis lagi hingga mencapai US$1 triliun pada 30 tahun mendatang.

"Rencana ambisius modernisasi dilakukan pemerintahan Obama yang kontras dengan janjinya untuk mengurangi jumlah senjata nuklir," kata Kristensen.

Bukan hanya AS dan Rusia, dua negara yang bertetangga, yakni India dan Pakistan, juga turut menambah kapasitas nuklir mereka.

India memperkuat kapabilitas program rudal balistik berkemampuan nuklir dan mempercepat produksi plutonium, sedangkan Pakistan tengah mengembangkan senjata nuklir guna mengimbangi pasukan konvensional India.

Melihat perkembangan program senjata nuklir Pakistan yang pesat, SIPRI memprediksi gudang senjata nuklir Pakistan akan meningkat signifikan satu dekade mendatang.

Dengan demikian, penghapusan nuklir terasa hampir tidak mungkin.

"Prospek kemajuan menuju pelucutan senjata nuklir tetap suram," jelas SIPRI. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya