Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
GELOMBANG perdebatan mengenai apakah Inggris harus tetap bersatu dengan Uni Eropa (UE) atau keluar dari organisasi ekonomi dan politik tersebut terus memanas.
Perpecahan di tengah publik dan politisi 'Negeri Ratu Elizabeth' kian mendalam menjelang referendum pada 23 Juni.
Sebuah jajak pendapat baru, Minggu (5/6), menunjukkan kalangan yang setuju Inggris keluar dari Uni Eropa atau 'Brexit' unggul tiga poin terhadap kelompok yang menginginkan London tetap berada di dalam Uni Eropa.
Situs Daily Mail, surat kabar kelas menengah Britania, mengesankan bahwa kampanye yang skeptis terhadap Uni Eropa atau Eurosceptic telah meraih momentum selama dua pekan terakhir.
Penelitian yang dilakukan lembaga survei Opinium menunjukkan peta persaingan sangat ketat.
Pihak pro-Brexit unggul tipis 43% terhadap 40% untuk kalangan yang kontra-Brexit.
Jajak pendapat itu mengungkapkan 14% kalangan yang belum menentukan pilihan mulai 'mengisyaratkan' condong ke 'Brexit'.
Namun, Profesor John Curtice dari Strathclyde University mengatakan perlu kehati-hatian dalam menilai atau merespons setiap jajak pendapat yang dipublikasikan.
"Pasalnya terdapat lebih banyak jajak pendapat yang dilakukan dalam beberapa pekan terakhir jika dibandingkan dengan pada masa-masa awal kampanye dan tren itu memengaruhi psikologi kampanye," kata Curtice, sebagaimana yang dilaporkan RTE News.
"Ketika satu atau dua jajak pendapat yang menunjukkan peningkatan dramatis untuk pendukung atau penentang (Brexit) menjadi berita utama, paling tidak karena jajak pendapat itu diangkat gerai media," tegasnya.
Jika melihat secara keseluruhan dari setiap jajak pendapat yang muncul, menurut Curtice, pada kenyataannya tren belum berubah signifikan dalam beberapa pekan terakhir dan masih menunjukkan kelompok anti-Brexit meraih 51% dan kelompok pro-Brexit dengan 49%.
Perang elite
Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron terus berjuang meyakinkan publiknya agar menyalurkan pilihan mereka untuk tetap di Uni Eropa.
Pemimpin Partai Konservatif itu memperingatkan Brexit akan membuat ekonomi negara terpukul.
Politikus Konservatif yang juga mantan perdana menteri, John Major, turut terjun dalam perang Brexit.
Ia mengkritik dan mengecam keras para elite yang mendukung Inggris Raya keluar dari Uni Eropa, termasuk mantan Wali Kota London Boris Johnson dan anggota parlemen Michael Gove.
Major menuduh sang mantan wali kota Johnson mengorganisasikan kampanye 'fundamental tidak jujur' dan 'kotor' yang dikaitkan dengan gelombang kedatangan migran ke kawasan Eropa.
Sebelumnya Johnson dan Gove mengirim surat kepada Cameron yang berisi peringatan tentang risiko jika Inggris tetap bertahan di bawah naungan Uni Eropa.
Mereka beralasan orang-orang di kawasan zona euro yang terkena resesi akan membanjiri Inggris Raya untuk mencari pekerjaan.
"Krisis migrasi akan memburuk karena para pekerja akan melarikan diri dari zona euro yang terpukul dan mendatangi Inggris untuk mencari pekerjaan," ujar mereka.
Johnson menambahkan, "Pada saat ini, jika pertumbuhan kita seukuran sebuah kota seperti Newcastle setiap tahun, kita akan melihat penduduk kita akan meningkat tak terelakkan hingga 70 juta jiwa atau mungkin jua mencapai 80 juta jiwa."
Sebaliknya mantan Managing Director of Deutsche Bank yang juga politikus Konservatif, Sajid Javid, menyerang balik ide-ide pendukung Brexit.
Menurutnya, Brexit akan merugikan ribuan usaha kecil yang ikut menopang ekonomi 'Negeri Ratu Elizabeth'.
"Jangan buat kesalahan. Jika kita (Inggris) memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, usaha kecil akan terpukul," tegasnya, seperti dilaporkan BBC.
berbicara di Birmingham, Javid mengatakan, "Perusahaan kecil ialah tulang punggung perekonomian kita dan mata pencaharian jutaan pekerja bisa berisiko jika negara ini memilih keluar dari Brussels (Uni Eropa) pada 23 Juni."
PM Cameron pun menyebut klaim Johnson dan Gove mengenai prospek ekonomi Inggris jika tidak keluar dari Uni Eropa sebagai pendapat yang tidak berdasar dan logika terbaik.
"Pakai akal sehat saja, jika Anda keluar dari pasar terbesar, terus ekonomi Anda akan bertambah lebih miskin, dan mereka mengetahui hal tersebut," kata Cameron.
Pergolakan dalam merespons Brexit juga tak kalah panas di tingkat masyarakat umum.
Setengah responden dari jajak pendapat yang dilakukan untuk Observer mengatakan meninggalkan Uni Eropa berarti Inggris mendapatkan kontrol yang lebih besar dari perbatasannya.
Hanya 12% yang berpikir tetap di Uni Eropa merupakan cara terbaik untuk mendapatkan kontrol atas imigrasi.
Serikat buruh bersiap
Bank of England akan menyatakan akan mengambil pelajaran dari referendum Skotlandia dan krisis keuangan global sebagai langkah persiapan untuk menghadapi kemungkinan Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) pada 23 Juni.
Para pemimpin serikat buruh terbesar di Inggris telah mengeluarkan imbauan kepada 6 juta anggota mereka agar memberikan pilihan tetap dalam Uni Eropa.
Mereka memperingatkan bahwa meninggalkan organisasi itu akan memengaruhi hak-hak, liburan, dan kesetaraan pekerja.
Kalangan Unite, Unison, GMB, dan Usdaw ada di antara 10 pemimpin serikat buruh yang memperingatkan kalangan pendukung Brexit untuk tidak mencederai hak-hak mereka jika Inggris memutuskan untuk meninggalkan UE. (Independent/Telegraph/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved