Duterte Ingin Rombak ke Sistem Parlementer

AFP/AP/Hym/X-5
11/5/2016 08:30
Duterte Ingin Rombak ke Sistem Parlementer
(Kandidat presiden Filipina Rodrigo Duterte, menangis saat berziarah ke makam ayahnya-AFP/Davao City mayor’s office/KIWI BULACLAC)

CALON Presiden Filipina Rodrigo Duterte belum berkomentar banyak tentang prog­ram pemerintahnya meskipun ia hampir pasti menang pemilu setelah perolehan suaranya unggul atas kandidat lain. Duterte hanya menyatakan terima kasih kepada rakyat Filipina yang telah memberikan suara mereka kepada dirinya.

"Dengan kerendahan hati, kerendahan hati ekstrem, saya menerima amanat ini, yang diberikan rakyat," kata Duterte di Davao, kemarin. "Saya sangat berterima kasih kepada rakyat Filipina."

Penghitungan suara resmi yang masih berlangsung menunjukkan Duterte telah mengumpulkan 39% suara dukungan. Dari 90% suara yang sudah dihitung, jumlah perolehan Duterte itu berada lima juta suara di atas saingan terdekatnya.

Sementara itu, laporan situs media u­tama Filipina, Daily Inquirer, menyebut Duterte, politikus Partai PDP-Laban, me­raup 38,60% suara, sedangkan dua pe­saing terberatnya, Mar Roxas memperoleh suara 23,42% dan Senator Grace Poe mengantongi 21,65%.

Juru bicara Duterte, Peter Lavina, menyatakan pemerintahan baru nanti be­rencana merombak undang-undang dasar serta mengajukan perubahan ke sistem pemerintahan parlementer. "(Perombakan) itu akan membutuhkan kesepakatan nasional secara luas, dimulai dengan mengajukan permintaan kepada kongres untuk menyelenggarakan pembahasan konstitusi," katanya.

Ketika berkampanye, Duterte mengklaim sebagai orang kuat yang mampu menyelesaikan sejumlah masalah.

Soal kebijakan kawasan, Duterte mengatakan ia akan berbicara dengan Tiong­kok tentang sengketa teritorial di Laut China Selatan. Namun, menurutnya, jika jalur komunikasi buntu, ia akan berlayar ke sebuah pulau buatan yang dibangun Beijing dan menancapkan bendera Fi­li­pina di sana.

Ia tidak khawatir seandainya Tiongkok menembaknya dengan timah panas dalam aksinya itu. Ia bersesumbar, "Tiongkok bisa menembak saya dan membuat saya menjadi pahlawan nasional."

Lepas dari isu itu, Duterte mewarisi krisis penyanderaan warga asing, termasuk empat WNI, yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf. (AFP/AP/Hym/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya