Tiga Planet Mirip Bumi Ditemukan

04/5/2016 07:05
Tiga Planet Mirip Bumi Ditemukan
(AFP/EUROPEAN SOUTHERN OBSERVATORY)

TIGA planet yang memiliki karakteristik mirip Bumi ditemukan ilmuwan University of Liege, Belgia. Ketiga planet yang memiliki ukuran sama dengan Bumi tersebut mengorbit pada sebuah bintang bernama Trappist-1 berjarak 40 tahun cahaya.

Planet-planet itu terpapar radiasi Matahari empat kali lipat lebih besar daripada radiasi Matahari yang diterima Bumi. Itu menjadi indikasi ketiga planet itu bisa ditinggali manusia (habitable zone).

Michael Gillon dari University of Liege kemudian meneliti Trappist-1 untuk mengetahui keberadaan planet di bintang dingin itu. Selama 62 malam mulai September hingga Desember 2015, Gillon dan tim menggunakan teleskop yang juga bernama Trappist (transiting planets and planetesimals small telescope) untuk mengobservasi cahaya bintang dan perubahan kadar cahayanya.

Hasilnya tim peneliti mencatat adanya bayangan, mirip gerhana, yang berkali-kali mengganggu pola cahaya bintang Trappist-1. Dengan menggunakan teleskop yang dilengkapi dengan pendeteksi cahaya inframerah, ilmuwan menduga adanya sesuatu yang menghalangi antara Bumi dan Trappist-1.

“Seperti berdiri di depan lampu dan melempar sereal ke sana. Hanya 1% di dalam cahaya, tapi pola spesifik menjadi tanda bagus adanya planet yang mengorbit,” ujar Adam Burgasser dari Center for Astrophysics and Space di University of California, San Diego.

Layaknya Bulan, ilmuwan meyakini planet-planet itu juga mengalami siang dan malam. Satu sisi planet selalu menghadap bintang. Satu sisi planet merupakan malam, dan siang di sisi lain.

Adam Burgasser menjelaskan bisa atau tidaknya planet ditinggali manusia ditentukan berdasarkan jarak planet dengan bintang tempat orbit. Itu menentukan temperatur planet dan ketersediaan air.

Karakteristik lain planet-planet di sekitar Trappist-1 belum diketahui lebih rinci. Ilmuwan masih mengobservasi kandungan air dan molekul metana pada planet.

Sebelum penemuan ketiga planet itu, ilmuwan lebih dulu menemukan bintang Trappist-1. Mulanya mereka menyangka Trappist-1 tersebut bukan pusat orbit planet. Pasalnya temperatur Trappist-1 setengah dari Matahari dengan ukuran massa sepersepuluh dari Matahari.

Trappist-1 berwarna merah, lebih besar ketimbang Jupiter dan terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang atau bahkan teleskop amatir dari Bumi.

Meski demikian, kata peneliti Departemen Bumi, Atmosfer, dan Ilmu Planet Massachusetts Institute of Technology, AS, Julien de Wit, bintang-bintang kecil tersebut bertahan lama di Galaksi Bima Sakti dan mewakili 25%-50% objek bintang di galaksi.

Penemuan itu membuka ruang penelitian lanjut untuk mengetahui kehidupan di luar tata surya manusia. Dari sini pula ilmuwan mencari tahu asal mula kehidupan. Dibutuhkan jutaan tahun untuk ekspedisi menuju planet itu. (CNN/Aya/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya