Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
SEJAK tahun lalu El Nino melanda sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara dan memberi dampak yang mengkhawatirkan.
Dengan suhu naik, yang mencapai 40 derajat celsius, Sungai Mekong yang memanjang 4.350 kilometer di Vietnam mengalami kekeringan.
Warga setempat sulit mendapat air bersih.
Sistem irigasi pertanian yang mengandalkan sumber dari Sungai Mekong pun turut terkena dampaknya.
Sebagai negara pengekspor beras, Vietnam telah mengalami penurunan produksi beras.
Sejumlah pakar memprediksi fenomena El Nino akan mereda pada pertengahan tahun ini.
Namun, setelah El Nino berhenti, fenomena La Nina yang ditandai curah hujan yang tinggi akan segera menggantikanya.
Dengan kedatangan La Lina, kekeringan akan sirna.
Namun, curah hujan yang tinggi itu akan membawa bancana bagi Vietnam.
Negara itu akan menghadapi ancaman banjir dan tanah longsor.
"La Nina bisa sangat buruk bagi Asia, yakni membawa potensi bencana banjir dan tanah longsor yang memengaruhi produksi pangan," kata Wilhemina Pelegrina, anggota kampanye agrikultur Greenpeace.
"Situasinya dapat semakin buruk apabila La Nina yang biasanya mengikuti El Nino akan melanda akhir tahun ini," jelas Stephen O'Brien, Koordinator Urusan Kemanusiaan di Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pekan ini.
Kekhawatiran dampak La Nina dapat berkaca pada dampak yang disebabkan El Nino setahun terakhir.
Sekitar 50% air Sungai Mekong terkena dampak intrusi air asin yang telah merusak lahan pertanian.
Dampak lain dari El Nino, lebih dari 500 ribu orang di Vietnam mengalami kekurangan air minum. Sejumlah hotel, sekolah, dan rumah sakit pun berupaya keras untuk mengatur pasokan air yang sangat terbatas.
Thailand dan Kamboja bernasib sama.
Sebagian besar wilayah Thailand mengalami kekurangan air.
Produksi beras negara itu turut merosot.
Sebuah lembaga pemantau cuaca, IHS Global Insight, mengestimasi kerugian ekonomi akibat El Nino di kawasan Asia Tenggara telah mencapai sekitar US$10 miliar.
Tidak siap
Hanya sedikit negara di kawasan Asia yang memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana akibat El Nino dan La Nina.
Pakar ekonom dari Asia Pasifik dari IHS Global Insight, Rajiv Biswas, menjelaskan dampak buruk itu dipicu perubahan iklim.
"Pemerintah cenderung membahas ini saat terjadi krisis kemudian satu tahun berselang mereka lupa tentang itu dan seterusnya. Keadaan akan kian memburuk," kata Biswas.
Untuk itu, lanjut Biswas, pemerintah perlu mengucurkan investasi lebih pada sistem yang kerap rugi akibat bencana, termasuk infrastruktur pertanian, irigasi, dan sistem penyimpanan air.
Teknologi desalinasi dan asuransi untuk petani juga jangan dilupakan.
Stephen O'Brien menyerukan peringatan bahwa dunia harus bersatu dalam menangkal suhu ekstrem itu.
"Kita harus merespons cepat kebutuhan yang mengancam hidup. Namun, kita juga harus membantu orang untuk memiliki kepercayaan diri dan siap membangun kapasitas individu dan komunitas untuk merespons hal serupa di masa depan," paparnya. (AFP/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved