Amerika Perkuat Milisi Anti-Assad

Heryadi
26/4/2016 10:17
Amerika Perkuat Milisi Anti-Assad
(AFP/AMEER ALHALBI)

AMERIKA Serikat (AS) berencana mengirimkan 250 personel militer tambahan untuk membantu kelompok pemberontak Suriah yang tengah memerangi rezim Presiden Bashar al-Assad. Rencana pengiriman tersebut dilontarkan di tengah upaya untuk menghidupkan kembali gencatan senjata antarkubu yang bertikai.

Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS, Ben Rhodes, mengatakan, dengan pengiriman pasukan tambahan itu, total pasukan AS di Suriah mencapai 300 orang.

Mereka bertugas melatih dan membantu kelompok pemberontak Suriah dan pasukan anti-Islamic State (IS).

"Kami telah melihat bahwa tim kecil yang kami tempatkan di Suriah beberapa bulan lalu sangat efektif sebagai pasukan pendorong. Mereka mampu memberikan saran dan mendukung pasukan yang memerangi ISIL (nama lain IS)," kata Rhodes, merujuk pada nama lain IS.

Sejauh ini, langkah Presiden AS Barack Obama dalam menangani konflik Suriah dikecam para penentangnya. Mereka menilai Presiden AS itu semestinya bisa berbuat lebih banyak untuk menghentikan pertumpahan darah di negerinya Bashar al-Assad itu.

Namun, Obama sendiri kukuh menolak menceburkan kembali militer AS dalam perang darat di dunia Islam, setelah habis-habisan berjibaku dalam perang di Irak dan Afghanistan.

Dalam wawancara dengan BBC, Minggu (24/4), Obama menegaskan, "Suatu kesalahan besar bagi AS atau Britania Raya, atau gabungan negara-negara Barat untuk mengirim pasukan darat dan menggulingkan rezim Al-Assad."

Konflik Suriah yang pecah sejak Maret 2011, saat protes anti-Al-Assad merebak, telah melebar menjadi perang multikepentingan. Sedikitnya 270 ribu orang telah tewas dan jutaan warga mengungsi.

Gencatan senjata
Dalam upaya menghentikan konflik tersebut, Minggu (24/4), Obama mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik Suriah, termasuk sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad, Rusia, untuk kembali ke meja perundingan dan menerapkan kembali gencatan senjata.

"Saya berbicara dengan Presiden (Rusia) Vladimir Putin awal pekan lalu untuk mencoba memastikan bahwa kita bisa menerapkan kembali penghentian permusuhan," ungkap Obama dalam konferensi pers di Hannover, Jerman.

Obama berada di Jerman untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel sebelum menggelar pertemuan dengan pemimpin Inggris, Prancis, dan Italia untuk membahas langkah-langkah menumpas kelompok IS.

Upaya Obama dan sekutu-sekutunya itu dilakukan setelah ketegangan yang kian meningkat di Aleppo, Suriah, meski Presiden Bashar al-Assad dan kelompok pemberontak non-IS telah mendeklarasikan gencatan senjata delapan pekan lalu.

Dalam kekerasan Minggu (24/4), sedikitinya 26 orang tewas akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah dan tembakan roket pemberontak.

Ketegangan yang terus meningkat dan perundingan damai Jenewa yang macet telah memupus harapan terciptanya gencatan senjata sebagai prasyarat untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lima tahun itu. Gedung Putih berkeras untuk memberlakukan gencatan senjata, meski pelaksanaannya tidak utuh sepenuhnya.

Menurut Gedung Putih, gencatan senjata merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri perang brutal yang telah memicu krisis pengungsi di kawasan itu dan Eropa. Namun, sikap Washington dan sekutu-sekutunya itu justru membuat mereka terlibat kian dalam pada konflik, karena para pemberontak makin berkeras akan menggulingkan rezim Al-Assad. (AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya