Masa Depan Aliansi AS-Arab Saudi

Dhika Winata/I-2
21/4/2016 01:30
Masa Depan Aliansi AS-Arab Saudi
(AFP/JIM WATSON)

SETELAH hampir 15 tahun, mayoritas warga dunia dan rakyat Amerika Serikat (AS) tidak terlalu banyak mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam serangan 11 September (9/11) yang menghancurkan menara World Trade Center dan Pentagon.

Kini, Kongres AS menuntut Gedung Putih membuka 28 lembar informasi rahasia dalam 9/11 Commission Report yang menyebut keterlibatan Arab Saudi.

Sebanyak 15 orang dari total 19 pelaku pembajakan pesawat pada serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang itu ialah warga Arab Saudi.

Dalam laporan media AS, CBS, dua pembajak pesawat American Airlines penerbangan 77 yang menghantam Pentagon disebut mendapat bantuan dari pejabat Saudi agar bisa masuk ke AS.

Tak main-main, sangkaan itu menjurus kepada seorang diplomat di Konsulat Saudi yang diduga menganut pandangan ekstremis.

Tuduhan keterlibatan Saudi sebetulnya bukan yang pertama kali.

Tahun lalu, mantan Ketua Komite Intelijen Senat Bob Graham menyebut bagian tertentu dokumen 9/11 Commission Report menunjukkan indikasi kuat bahwa Saudi menjadi penyokong dana serangan 9/11.

Karena itu, ia meminta laporan itu dibuka kepada publik.

Selain Graham, pensiunan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Philip Haney menyebut keterlibatan Kerajaan Saudi.

Jika Kongres meloloskan undang-undang untuk membuka dokumen itu, seluruh kerabat korban serangan 9/11 bisa menuntut Kerajaan Saudi.

Presiden Barack Obama sudah mendarat di Arab Saudi, kemarin.

Kunjungan terakhir Obama sebelum jabatannya berakhir awal tahun depan itu diperkirakan hanya untuk menurunkan ketegangan, sebab Saudi mengancam akan menarik dana mereka sebesar US$750 miliar (Rp10.000 triliun) di bank-bank AS.

Isu serangan 9/11 sebenarnya bukan kerikil pertama yang membuat hubungan aliansi kedua negara retak.

AS dan Arab Saudi juga kerap tidak sehaluan. Otoritas Riyadh, misalnya, sangat tidak setuju dengan kebijakan Washington di Timur Tengah yang tidak mau mengerahkan pasukan darat dalam perang di Suriah.

Meski begitu, kecil kemungkinan pemerintahan saat ini membuka dokumen kontroversial itu.

Hal itu disebabkan umur pemerintahan Obama tinggal delapan bulan.

Ia sangat berhati-hati dalam isu tersebut.

Di sisi lain, kandidat capres yang tengah bertarung dalam nominasi presiden berjanji akan mendorong UU deklasifikasi dokumen 9/11 itu.

Tak hanya kebenaran terkait dengan peristiwa 9/11, masa depan aliansi AS-Saudi pun akan berada di pundak presiden baru.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya