Abu Sayyaf Perluas Sasaran

Haufan Hasyim Salengke
04/4/2016 03:20
Abu Sayyaf Perluas Sasaran
(AP/PHILIPPINE NATIONAL POLICE)

KEAMANAN di wilayah lepas pantai timur Negara Bagian Sabah, Malaysia, dan Selat Malaka kian menjadi sorotan setelah terjadi serentetan aksi penculikan dan penyanderaan awak kapal oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan tersebut dalam satu bulan terakhir.

Alih-alih menculik sandera di daratan, kelompok radikal yang berbasis di barat daya Filipina itu menjangkau mangsa hingga ke kapal-kapal yang lalu-lalang di perairan perbatasan antara Malaysia dan Filipina.

Pada 26 Maret, 10 milisi yang terkait dengan Abu Sayyaf Filipina menculik dan menyandera 10 warga negara Indonesia di wilayah perairan Tawi Tawi, pulau Filipina yang dekat dengan Sabah, dari kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12.

Mereka menuntut uang tebusan 50 juta peso (Rp19 miliar) dan mengultimatum pembayaran paling lambat 8 April.

Dalam modus operandi yang sama, Jumat (1/4) malam, delapan orang bersenjata menyerang dan naik ke kapal tunda Malaysia Masfive 6 di dekat Pulau Ligitan lepas pantai timur Sabah yang berbatasan dengan Laut Sulawesi.

Dalam peristiwa itu, kelompok bersenjata yang identitasnya belum terkonfirmasi menyandera empat anak buah kapal (ABK) Malaysia, yakni Wong Teck Kang, 31, Wong Hung Sing, 34, Wong Teck Chii, 29, dan Johnny Lau Jung Hien, 21. Lima awak lainnya, tiga dari Myanmar dan dua dari dari Indonesia, dibebaskan.

Kepala Kepolisian Sabah Abdul Rashid Harun mengatakan pelaku penculikan lintas perbatasan itu kini memulai tren baru dan beroperasi di sepanjang perbatasan lantaran ketatnya pengamanan di pantai timur Sabah.

"Karena faktor pemberlakukan jam malam, insiden terbaru terjadi di pinggiran perbatasan Sabah-Filipina. Penjahat ini tidak lagi memilih korban mereka. Mereka akan menculik siapa pun asalkan itu mudah bagi mereka untuk menangkap dan kabur," kata Abdul Rashid.

Abdul Rashid mengatakan saat ini pihaknya belum bisa memastikan kelompok yang bertanggung jawab atas penculikan terbaru.

Minta tebusan

Abdul Rashid juga menyatakan Kepolisan Sabah sedang menunggu informasi dari rekan-rekan mereka di Filipina Selatan.

Pernyataan itu disampaikannya saat menjawab pernyataan yang menduga pelaku ialah Muqtadir bersaudara, kelompok penculik yang terkenal kerap meminta uang tebusan dan berkaitan dengan Abu Sayyaf.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Tawi Tawi Elizalde Quibuyen mengatakan sejauh ini tidak ada laporan mengenai penampakan atau pendaratan para penculik atau sandera mereka pada salah satu pulau di sana.

Ia menegaskan polisi, angkatan laut, dan penjaga pantai dalam siaga tinggi.

Laporan intelijen mengindikasikan para penculik bukan Muqtadir bersaudara, yang bertanggung jawab untuk puluhan aksi penculikan di Sabah.

Namun, keterlibatan mereka belum dikesampingkan.

Sumber di Jolo, salah satu basis Abu Sayyaf, mengatakan empat warga Malaysia belum mendarat di Jolo, tempat penyekapan 10 WNI yang diculik wakil komandan Abu Sayyaf, Alhabsi Misaya.

Beberapa sumber menyatakan bahwa mereka ditahan oleh komandan lain, Sawajan.

Mayor Filemon Tan, juru bicara Komando Mindanao Barat, mengatakan, Sabtu (2/4), militer tengah berusaha untuk memverifikasi insiden penculikan itu setelah mendapat kabar dari pihak berwenang Malaysia. (AFP/The Straits Times/The Standard/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya