Rusia Absen dalam KTT Nuklir di Washington DC

X-5
01/4/2016 06:25
Rusia Absen dalam KTT Nuklir di Washington DC
(AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)

RUSIA tidak ikut ambil bagian dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Nuklir di Washington, AS, yang dimulai pada Kamis (31/3) waktu setempat atau hari ini WIB.

Absennya 'Negeri Beruang Merah' itu membuat para pejabat AS khawatir mengingat Rusia merupakan salah satu negara pemilik senjata nuklir terbesar di dunia.

Panel Internasional menyebutkan persediaan uranium, yang merupakan bahan inti nuklir, secara global pada akhir 2014 tersisa 1.370 ton.

Dari jumlah itu sebagian besar berada di Rusia.

Demikian dilaporkan wartawan Media Indonesia Eko Rahmawanto dari Washington DC, tadi malam.

Analis nuklir dan pertahanan di Arms Control Association Kingston Reif menyayangkan ketikdakhadiran Rusia.

"Keputusan Rusia tidak hadir pasti menjadi perhatian," kata Reif. ACA merupakan organisasi riset yang berbasis di Washington DC.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa KTT di Washington mengganggu organisasi internasional seperti Badan Energi Atom Internasional dan Badan Pengawas Nuklir PBB.

Dalam agenda KTT, selain membahas keamanan nuklir, konferensi dua tahunan itu juga akan membicarakan solusi untuk melindungi bahan nuklir dari pencurian kelompok teroris.

"Terus terang, kami menggaruk kepala kita sedikit," ujar Pejabat Departemen Luar Negeri AS untuk Perjanjian Pengawasan Senjata Gottemoeller dalam briefing di Washington DC.

Beberapa pihak percaya bahwa Islamic State (IS) bisa mengembangkan bom atom.

Bahkan, banyak yang khawatir IS telah memperoleh uranium atau plutonium dan mengembangkan bom pemusnah.

"Kami telah melihat selama bertahun-tahun bahwa beberapa organisasi teroris memiliki ambisi memperoleh bahan nuklir," ujar penasihat Keamanan Nasional AS, Ben Rhodes.

Menurut Rhodes, setiap negara memiliki tingkat keamanan berbeda, terutama dalam hal menangani bahan nuklir.

Sejak pertengahan 1990-an, paparnya, tercatat dalam database Badan Energi Atom Internasional, terjadi hampir 2.800 insiden perdagangan gelap, kepemilikan sah, atau kehilangan bahan nuklir.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya