Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MENTERI Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengungkapkan dirinya berencana kembali memasukkan Kuba ke dalam daftar negara penyokong aksi terorisme.
Dalam wawancara yang dirilis Selasa (5/1), Pompeo mengonfirmasi bahwa Departemen Luar Negeri AS tengah mengambil langkah besar sebelum dirinya lengser pada 2021.
"Kami tidak akan terburu-buru mengambil keputusan namun dunia tahu bahwa tangan-tangan setan Kuba ada dimana-mana," ujar Pompeo.
Baca juga: DPR AS Serukan Pendekatan Baru terhadap Venezuela
Pompeo menggarisbawahi dukungan Kuba kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang selama ini berusaha digulingkan oleh AS.
Menurut Pompeo, Havana membantu Maduro menyebabkan kesakitan di negara Amerika Selatan itu.
"Karenanya, kami dengan tegas bisa mengatakan Kuba mendukung terorisme," kata Pompeo.
"Itu berarti, seperti negara lain yang mendukung terorisme, mereka harus bertanggung jawab atas langkah yang mereka ambil," imbuhnya.
Mantan Presiden AS Barack Obama, pada 2015, mengeluarkan Kuba dari daftar negara penyokong terorisme sembari mengatakan upaya AS selama setengah abad untuk mengasingkan negara pulau itu telah gagal.
Presiden AS Donald Trump kemudian membalikkan kebijakan Obama terkait Kuba dan menjatuhkan sanksi kepada Venezuela.
Sementara itu, presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan dirinya ingin mengembalikan sejumlah kebijakan era Obama, salah satunya mengizinkan warga AS keturunan Kuba untuk mengunjungi kerabat mereka dan mengirimkan uang ke Kuba.
Saat ini, ada tiga negara yang masuk dalam daftar negara penyokong terorisme AS yaitu Iran, Korea Utara, dan Suriah. (AFP/OL-1)
KAPAL perang Rusia yang berlayar ke pelabuhan Havana, Kuba, meninggalkan negara kepulauan itu pada Senin setelah kunjungan selama lima hari.
Meski Kedatangan empat kapal Rusia di Kuba dinilai serius, Pentagon memandang hal itu tidak akan menimbulkan menimbulkan ancaman bagi AS.
Sekelompok kapal Angkatan Laut Rusia, termasuk kapal selam bertenaga nuklir, tiba di Kuba pada Rabu pagi sebagai tanda penguatan hubungan antara kedua sekutu Perang Dingin ini.
Victor Manuel Rocha, mantan Duta Besar AS untuk Bolivia, yang ditangkap karena dituduh melakukan spionase untuk Kuba selama empat dekade, mengumumkan niatnya untuk mengaku bersalah.
Kenaikan harga bahan bakar sebesar 500% akan mulai berlaku di Kuba pada minggu ini atau satu bulan lebih lambat dari rencana awal. Ini dikatakan pemerintah pada Rabu (28/2).
Peningkatan permintaan global terhadap produk mewah mengangkat omzet ekspor cerutu Kuba sebesar 31% menjadi Rp11 triliun pada tahun 2023.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved