Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
OTORITAS Turki mengecam keputusan Kanada yang menghentikan ekspor teknologi militer. Kanada menduga peralatan itu digunakan pasukan Azerbaijan dalam konflik Nagorno-Karabakh.
"Turki mengharapkan Kanada untuk mengikuti kebijakan yang bebas dari standar ganda. Bertindak tanpa dipengaruhi pihak yang menentang Turki," bunyi keterangan Kementerian Luar Negeri Turki.
"Sejauh ini, belum ada penjelasan terkait pemblokiran ekspor alutsista ke sekutu NATO. Di lain sisi, Kanada tidak melihat bahaya dalam mengekspor senjata ke negara yang memiliki keterlibatan militer di Yaman," lanjut kementerian.
Baca juga: Azerbaijan Bebaskan Tiga Desa dari Pendudukan Armenia
Dengan hati-hati, Turki berpegang pada kewajiban di bawah rezim kontrol ekspor yang komprehensif. Adapun Menteri Luar Negeri Kanada Francois-Philippe Champagne menyebut ada alasan khusus di balik penangguhan ekspor teknologi drone ke Turki.
Sebab, otoritas Kanada tengah menyelidiki apakah pasukan Azerbaijan menggunakan teknologi tersebut dalam bentrokan sengit dengan Armenia.
Di masa lalu, Turki pernah memasok drone ke Azerbaijan. Bahkan, menyatakan dukungan terhadap sekutu dekatnya di tengah konflik wilayah Nagorno-Karabakh.
Baca juga: Kanada Perpanjang Pembatasan Kunjungan Internasional
Kelompok pengawas senjata asal Kanada, Project Plowshares, menilai video serangan udara yang dirilis Azerbaijan, menunjukkan drone telah dilengkapi dengan sistem pencitraan. Serta, penargetan yang dibuat L3Harris Wescam, unit L3Harris Technologies yang berbasis di Kanada.
Armenia dan Azerbaijan saling menyerang wilayah sipil. Ratusan orang tewas dalam bentrokan paling mematikan di wilayah tersebut selama 25 tahun terakhir.
Komunitas internasional, termasuk NATO, sudah mendesak kedua negara untuk gencatan senjata.(Straits Times/OL-11)
MENTERI luar negeri Turki pada Rabu (31/7) mengatakan bahwa dengan menghabisi kepala politik Hamas Ismail Haniyeh, Israel juga telah membunuh perdamaian.
KEMENTERIAN Luar Negeri Turki mengatakan genosida yang dilakukan pemimpin kelompok Nazi Jerman Adolf Hitler telah berakhir. Hal serupa juga akan terjadi pada PM Israel Benjamin Netanyahu.
Iwan juga mengatakan sewaktu syuting di Hipodrom Konstantinopel, mereka didatangi pihak keamanan lalu dicecar dengan berbagai pertanyaan terkait tujuan mereka.
Pelatih Turki Vincenzo Montella mengatakan para pemainnya perlu memanfaatkan kekuatan dukungan suporter saat menghadapi Belanda
PEMIMPIN kelompok pejuang Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh mengadakan pembicaraan dengan Qatar, Mesir, dan Turki untuk meninjau perkembangan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Demiral mencetak dua gol saat Turki menang 2-1 atas Austria dan memastikan tempat di perempat final untuk menghadapi Belanda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved