Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Mengenang Genosida 8.000 Muslim Bosnia oleh Tentara Serbia

Deri Dahuri
12/7/2020 15:38
Mengenang Genosida 8.000 Muslim Bosnia oleh Tentara Serbia
Lokasi pembantaian massal muslim Bosnia oleh tentara Serbia di wilayah Srebrenica, Bosnia.(getty Image/AFP)

KALANGAN muslim Bosnia mengenang peringatan 25 tahun aksi pembantaian massal di Srebrenica, Bosnia, pada Sabtu (11/7). Aksi kekejian terburuk dan sangat memilukan dalam sejarah Eropa sejak Perang Dunia II itu dikenang dalam peringatan sederhana yang diwarnai ancaman pandemi virus korona.  

Peringatan sebagai tindakan ethnic cleansing terorganisiri terhadap kaum muslim Bosnia oleh tentara Serbia juga dengan peletakan sisa sembilan korban pembantaian yang diketahui dalam setahun terakhir.
 
Aksi genosida warga muslim Bosnia terjadi 11 Juli 1995. Saat itu, setelah menguasai wilayah Srebrenica, Bosnia, pasukan militer Serbia menangkap dan membantai secara keji sekitar 8.000 pria dan anak-anak muslim selama beberapa hari. 

Sehad Hasanovic, 27, adalah salah satu dari sekitar 3.000 kerabat korban yang menghadiri peringatan aksi kekejian dalam sejarah Eropa pasca-Perang Dunia II. 
 
Saat berusia 2 tahun, Sehad harus kehilangan ayahnya yang dibantai tentara Serbia dengan alasan agama. "Betapa pilunya saat Anda melihat seseorang yang dipanggil ayah sudah tidak ada," kata Hasanovic sambil menangis mengenang saat itu.
 
Sehad ingat ayahnya yang bernama Semso yang dibawa tentara Serbia ke hutan dan tidak pernah kembali. "Di hutan itu telah ditemukan berserakan tulang-tulang manusia," ucapnya.

Saudara laki-lakinya, Sefik dan Sevko, seperti juga ayahnya, Semso, juga dibunuh secara sistematis oleh pasukan Serbia yang dipimpin Jenderal Ratko Mladic yang dijuluki ‘Butcher of  Bosnia’ bersama para pria dewasa dan remaja.  

"Para suami dari empat saudara perempuan saya terbunuh," kata Ifeta Hasanovic, 48, yang suaminya Hasib adalah salah satu dari sembilan korban yang jasadnya telah diidentifikasi sejak Juli 2019.
 
"Adikku terbunuh, begitu juga putranya. Ibu mertuaku kehilangan putra lain dan juga suaminya," ucap Ifeta.

Sementara itu, sejauh ini sebanyak 6.900 korban telah ditemukan dan tersebar di lebih dari 80 kuburan massal.

Di sisi lain, hingga kini, sang pembantai kaum muslim yang juga panglima militer Serbia, Ratko Mladic, masih dihormati sebagai pahlawan oleh sebagian orang Serbia.

Mladic telah  dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan PBB pada tahun 2017 atas kejahatan perang termasuk genosida di Srebrenica. Namun  kini Mladic sedang menunggu keputusan bandingnya.

Radovan Karadzic, seorang pemimpin politik perang Serbia Bosnia, yang bertanggung jawab atas aksi genosida terhadap ribuan muslim Bosnia  juga dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di Pengadilan Internasional, Den Haag, Belanda.

Presiden Prancis kecam genosida di Eropa

Di sisi lain, Bakir Izetbegovic, pemimpin partai politik utama Muslim Bosnia (SDA) dan putra Alija Izetbegovic, Presiden Bosnia pada saat konflik, menyerukan kepada dunia untuk mendorong kembali melawan para pembantai yang sampai sekarang menolak bertanggung jawab.

 "Komunitas internasional mengecam pembataian di Srebrenica 25 tahun yang lalu, tetapi masyarakat interenasional memiliki kesempatan untuk membela kebenaran dengan menolak pembelaan para pelaku," kata Bakir Izetbegovic.

Pada Sabtu (11/7),  Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan peristiwa 25 tahun lalu sebagai "simbol penderitaan dari kegagalan komunitas internasional untuk melindungi populasi sipil yang paling membutuhkan bantuannya".

 Saat menyerukan rekonsiliasi, Macron menegaskan, "Tidak ada tempat untuk membantah, merevisi sejarah atau dukungan untuk para penjahat perang.”  (AFP/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya