Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
"SAYA tidak tahu apa yang pembaca harapkan. Saya pikir Barbara Cartland menulis apa yang pembaca butuhkan. Tapi, saya rasa seorang pengarang seharusnya menulis apa yang tidak diharapkan pembaca. Masalahnya bukanlah menanyakan apa yang mereka (pembaca) butuhkan, melainkan mengubah mereka," demikian tutur Umberto Eco, filsuf dan novelis Italia tentang pendekatannya dalam menulis saat diwawancara Guardian Live, tahun lalu.
Umberto Eco ialah pengarang novel The Name of The Rose yang terbit pada 1980. Novel itu terjual lebih dari 10 juta eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Pada 1986, novel yang bercerita tentang pembunuhan misterius di sebuah biara itu bahkan diadaptasi menjadi film yang dibintangi Sean Connery.
Karya Eco lainnya yang terkenal ialah Foucault’s Pendulum atau Pendulum Foucault. Sama seperti The Name of The Rose, novel itu juga bertema misteri, terutama tentang teori konspirasi.
Dalam setiap karyanya, Eco yang memang pakar semiotika membiarkan pembaca berpikir dan mencari sendiri makna di balik aksara yang ditulisnya. "Saya seorang filsuf dan hanya menulis novel pada akhir pekan," ujarnya.
Namun, mulai akhir pekan ini dan pekan-pekan selanjutnya, ayah dua orang anak itu tak bisa lagi menulis. Pada Jumat (19/2) lalu, ajal menjemput Eco di usianya yang ke-84 tahun. Menurut The Guardian, pria yang lahir di Alessandria, Italia, itu menderita kanker. "Ini kerugian besar bagi kebudayaan. Kita akan kehilangan tulisan, suara, dan pikirannya yang tajam serta kemanusiaannya," ucap Perdana Menteri Italia Matteo Renzi.
Eco belajar filsafat di Universitas Turin dan mendapat gelar sarjana pada 1954. Dia juga seorang pakar semiotika yang fokus terhadap tanda dan simbol. Eco diangkat menjadi profesor semiotika di Universitas Bologna. Sebagai penulis, dia telah mendapat banyak penghargaan, di antaranya dua penghargaan sastra utama di Italia, yakni Premio Viareggio dan Premio Strega. Pada 1962, Eco menikah dengan Renate Ramge, seorang guru seni asal Jerman.
Beberapa karya nonfiksinya, antara lain, The Open Work (1961), Semiotics and the Philosophy of Language (1984), The limits of Interpretation (1990), dan Travels in Hyperreality (1983).
Kata Renzi, Eco ialah contoh yang luar biasa dari intelektual Eropa dengan kecerdasan dan kemampuan yang tak kenal lelah untuk mengantisipasi masa depan. Bagi Eco, kini pendulum kehidupan telah berhenti, tapi nama dan karyanya akan tetap semerbak mawar. (Adiyanto/M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved