PBB Ungkap Pemusnahan Tahanan di Suriah

Andhika Prasetyo
10/2/2016 11:04
PBB Ungkap Pemusnahan Tahanan di Suriah
(AFP/GEORGE OURFALIAN)

DALAM laporan terbarunya, Komisi Investigasi untuk Suriah pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (8/2), menuding pemerintah Suriah ‘memusnahkan' para tahanan di penjara.

Tuduhan tersebut diutarakan dalam laporan terbaru yang dinamai Laporan Caesar dan dirilis pada awal 2014. Laporan itu juga berisi sekitar 55 ribu foto yang menunjukkan penyiksaan terhadap tahanan.

"Para tahanan telah dieksekusi. Beberapa disiksa hingga tewas. Mereka ditahan dalam kondisi mengerikan hingga tidak mampu lagi bertahan," demikian dinyatakan dalam laporan.

Dalam dua tahun pertama konflik Suriah, 11 ribu tahanan dilaporkan tewas. "Jelas pemerintah bertanggung jawab atas kematian para ­tahanan dalam skala besar itu. Ini jelas kejahatan terhadap kemanusiaan," ujar Ketua Komisi Investigasi PBB Paulo Pinheiro.

Laporan yang mencakup sepanjang masa konflik Suriah sejak Maret 2011 hingga November 2015 itu didasarkan pada wawancara dengan 621 narasumber. Sebanyak 200 di antara mereka merupakan mantan tahanan yang menyaksikan secara langsung penyiksaan yang terjadi di dalam penjara.

Dalam laporan tersebut juga dinyatakan bahwa hampir semua tahanan yang kini masih hidup dan telah bebas mengalami tindak kekerasan yang tidak bisa dibayangkan. "Mereka melihat bagaimana teman satu sel mereka dipukuli sampai mati saat interogasi, bahkan di dalam sel itu sendiri. Kalaupun mereka tidak langsung tewas, mereka dibiarkan dalam keadaan luka parah hingga tidak sanggup lagi bertahan dari penderitaan," lanjut Pinheiro.

Salah satu tahanan yang diwawancara mengisahkan kesaksiannya di pusat penahanan militer Homs, Suriah bagian tengah. "Seorang laki-laki tua diikat di pergelangan tangannya. Ia kemudian digantung di langit-langit dan dipukuli hingga babak belur," ujar Pinheiro menceritakan kembali yang dituturkan saksi mata.

Siksaan itu belum berakhir di situ. Para sipir lantas membakar kedua matanya dengan menggunakan rokok yang menyala. "Tubuhnya ditusuk dengan logam tajam yang dipanaskan. Akhirnya dia tewas setelah dipukuli dan dibiarkan menggantung selama 3 jam," kata Pinheiro.

Saksi mata asal Brasil itu menambahkan, selain tindakan penyiksaan, keadaan penjara yang tidak manusiawi menjadi faktor lain yang menyebabkan banyaknya para tahanan tewas. "Para tahanan dipaksa berdesakan dalam satu sel, lingkungan yang tidak sehat, kurangnya makanan dan air bersih," jelas Pinheiro. Para tahanan pun, menurut laporan itu, juga dipaksa minum air toilet.

Tidak berbuat apa-apa
Laporan itu juga menyebutkan sebagian besar tahanan yang tewas di dalam penjara ialah kaum pria. Namun, ada juga beberapa perempuan dan anak yang dinyatakan hilang saat menjalani masa tahanan.

"Ada alasan yang kuat untuk meyakini para perwira tinggi, termasuk kepala cabang dan direktorat yang memimpin fasilitas penahanan itu, mengetahui kasus kematian yang terjadi di sana. Akan tetapi, mereka tidak mengambil tindakan apa-apa," papar Pinheiro.

Hingga saat ini, 5 tahun pasca-perang saudara pecah, tercatat puluhan ribu tahanan telah tewas, baik yang ditahan pihak pemerintah atau pemberontak.

Laporan itu juga merinci penganiayaan yang terjadi di pusat-pusat penahanan darurat milik kelompok ekstremis Islamic State, termasuk eksekusi anak-anak. Menurut laporan tersebut, kelompok itu dinyatakan telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.

Anggota lain komisi investigasi untuk Suriah, Carla del Ponte, mengecam Dewan Keamanan PBB yang dia sebut ‘tidak berbuat apa-apa'. Komisi investigasi Suriah sudah berulang kali meminta DK PBB agar mengajukan situasi di Suriah ke Pengadilan Kriminal Internasional. Komisi juga menyerukan agar ada sanksi yang dijatuhkan untuk individu, badan, ataupun kelompok yang diduga terlibat dalam semua pelanggaran itu. (AFP/I-1)

andhika@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya