Ramai-Ramai Imbau Tunda Kehamilan

AFP/Hym/I-2
27/1/2016 08:05
Ramai-Ramai Imbau Tunda Kehamilan
(Economist.com/Dr K Khan, St. Michael's Hospital Toronto)

"Tunda kehamilan untuk dua tahun mendatang." Itulah imbauan sekaligus peringatan yang dikeluarkan oleh pemerintah El Salvador untuk para perempuan di negara Amerika Latin itu.

Kebijakan pengendalian kehamilan diambil untuk menangkal penyebaran zika, yaitu virus yang menyebabkan bayi lahir cacat.

Kasus itu merebak di kawasan Amerika Latin dan Karibia, terutama Brasil dan Kolombia. El Salvador memiliki 5.397 kasus zika.

Namun, serentetan rekomendasi yang dikeluarkan para pejabat kesehatan di beberapa negara telah memicu cemooh di kawasan.

Aktivis mengatakan perempuan di sana telah memiliki sedikit kontrol atas tubuh mereka.

Zika, yang menular lewat gigitan nyamuk, telah menyebabkan ribuan bayi lahir dengan dengan kondisi mikrosefali, atau memiliki kepala lebih kecil daripada semestinya. Virus itu dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian.

Brasil merupakan negara yang paling banyak terdampak kasus zika. Kasus mikrosefali di negara itu melonjak dari rata-rata 163 per tahun menjadi 3.893 sejak zika merebak. Sebanyak 49 dari ribuan bayi itu telah meninggal.

"Seandainya saya belum hamil ketika informasi ini tersebar, saya pasti akan menunda kehamilan sehingga tidak akan harus menjalani semua tekanan ini," kata Manuela Mehl, yang sedang hamil 16 minggu, di Rio de Janeiro, Brasil, kemarin.

Pemerintah Kolombia, tempat 11.613 orang terinfeksi zika dan sebanyak 100 bayi lahir dengan masalah mikrosefali, mengimbau penundaan kehamilan serupa dengan El Salvador, tapi dengan periode yang lebih pendek, yaitu enam bulan.

Langkah serupa dilakukan Ekuador. Bahkan Jamaika, yang belum mendeteksi kasus zika, telah mengeluarkan kebijakan penundaan kehamilan enam sampai 12 bulan.

Seruan itu sontak dicemooh berbagai kalangan karena dikeluarkan di kawasan dengan tingkat kekerasan yang tinggi terhadap perempuan. Banyak negara di kawasan itu melarang aborsi dan akses ke keluarga berencana, terutama bagi masyarakat miskin yang masih terbatas.

"Dalam sebuah benua, tampat kehamilan yang tidak diinginkan berlimpah, benar-benar naif untuk merekomendasikan wanita menunda kehamilan," kata Monica Roa, advokat hak aborsi di Kolombia dan Wakil Presiden Women’s Link International.

Menurutnya, "Perlu ada kampanye informasi bagi perempuan yang sedang hamil tentang risiko dan pilihan." Ia menyebut epidemi kesehatan itu sebagai ‘tragedi’, tetapi juga kesempatan untuk meningkatkan pendidikan seks di kawasan itu. (AFP/Hym/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya