Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pengungsi Rohingya tidak Ingin Kembali ke Myanmar

Marcheilla Ariesta
22/8/2019 10:06
Pengungsi Rohingya tidak Ingin Kembali ke Myanmar
Pengungsi Rohingya berjalan menuju kamp pengungsian di Bangladesh setelah mendarat di Pantai Saplapur(AFP/Dibyangshu SARKAR)

PENGUNGSI Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh mengatakan mereka tidak ingin kembali ke Myanmar. Para pengungsi itu mengaku ragu mengenai upaya repatriasi.

Bangladesh dan Myanmar berencana mulai memulangkan para pengungsi Rohingya per hari ini, Kamis (22/8).

"Kami tidak ingin kembali sampai keselamatan kami terjamin," kata seorang pengungsi Rohingya, Nur Islam, dilansir dari AFP.

"Sampai kami mendapat kewarganegaraan di sana," imbuh yang lainnya.

Dia mengaku takut jika mereka malah dikirim ke kamp-kamp pengungsi jika kembali ke Myanmar.

Pemimpin Komunitas Rohingya, Jafar Alam mengatakan para pengungsi telah dicekam ketakutan sejak pihak berwenang mengumumkan proses repatriasi yang baru.

Baca juga: Militer Indonesia-AS Gelar Latihan Bersama

Upaya repatriasi ini yang pertama kali dilakukan setelah usaha pada November lalu gagal. Pejabat PBB dan Komisi Pengungsi Bangladesh telah mewawancarai lebih dari 200 keluarga terpilih di kamp pengungsi untuk direpatriasi.

Komisaris Pengungsi Bangladesh Mohammad Abul Kalam mengatakan ada lima bus dan dua truk yang disewa untuk membawa para pengungsi kembali.

Seorang pejabat PBB mengatakan sebenarnya mereka belum mendapat persetujuan dari para keluarga pengungsi.

"Kami belum mendapatkan persetujuan dari mereka (pengungsi) sama sekali," tutur pejabat yang ikut mewawancarai para pengungsi tersebut.

Di New York, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan repatriasi harus dilakukan dalam keadaan sukarela.

"Setiap pemulangan harus bersifat sukarela dan berkelanjutan serta dijamin keamanannya," seru Dujarric.

"Penting bagi para pengungsi memiliki informasi lengkap yang mereka butuhkan untuk dapat membuat keputusan tersebut," imbuh dia.

Sekitar 740 ribu warga etnik Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada Agustus 2017. Mereka kabur dari serangan militer Myanmar yang membumihanguskan tempat tinggal mereka. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya