Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menekankan kebencian tidak mendapat tempat di negerinya. Pernyataan Trump menyusul insiden penembakan massal yang menewaskan 29 orang.
Namun, banyak kalangan menuding retorika Trump adalah bagian dari masalah. Amukan itu mengubah kehidupan yang tidak bersalah menjadi mimpi buruk pertumpahan darah. Sebanyak 20 orang ditembak saat berbelanja di Walmart yang berlokasi di El Paso, Texas, pada Sabtu pagi. Belasan jam kemudian, peristiwa berdarah kembali terjadi di Dayton, sebuah distrik yang populer dengan kehidupan malam. Sekitar 9 orang tewas ketika berada di luar bar.
Baca juga: Latihan Militer Gabungan AS-Korsel Tetap Digelar
"Kebencian tidak memiliki tempat di negara kita," pungkas Trump, yang turut menyalahkan penyakit mental atas kekerasan.
"Mereka adalah orang dengan sakit mental yang sangat serius," imbuhnya, sekalipun pihak kepolisian belum mengonfirmasi hal tersebut. "Kita harus menghentikannya. Insiden semacam ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun di negara kita," ucap Trump.
Di wilayah Texas, sebanyak 26 orang dilaporkan terluka. Sementara itu, korban luka di Ohio mencapai 27 orang, yang juga menjadi lokasi tewasnya sang pelaku setelah dilumpuhkan petugas kepolisian.
Kepala Kepolisian Dayton, Richard Biehl, menegaskan kecepatan respons petugas berperan penting. "Terutama mencegah penembak memasuki bar, di mana akan lebih banyak korban jiwa dan korban luka," tutur Biehl dalam konferensi pers.
Lebih lanjut, Biehl mengungkapkan penembak mengenakan topeng dan rompi anti peluru, serta dilengkapi senapan serbu dengan mesiu 100-putaran. Pihak kepolisian mengidentifikasi pria bersenjata itu bernama Connor Betts. Seorang pria berkulit putih dengan usia 24 tahun. Saudara perempuan Betts yang ikut ke lokasi pembantaian, masuk dalam daftar korban tewas.
Dari 9 orang yang ditembak mati, sekitar 6 orang diketahui berkulit hitam. Kendati demikian, jelas Biehl, motif serangan yang dilakukan Betts masih belum jelas.
Menyoroti wilayah Texas, pihak kepolisian menyebut pelaku menyerahkan diri di trotoar dekat lokasi pembantaian. Dalam laporan media, pelaku digambarkan seorang pria kulit putih berusia 21 tahun, dengan nama Patrick Crusius. Dia diyakini sempat mengunggah manifes daring yang menuding sebuah "invasi Hispanik" dari Texas. El Paso, wilayah yang berbatasan dengan Meksiko, mayoritas dihuni warga Latin.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, mengatakan 6 orang korban penembakan adalah warga Meksiko. Manifes yang diunggah sesaat sebelum insiden mematikan, turut memuji teror bom di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 umat Muslim.
Pihak kepolisian menyatakan pelaku didakwa kejahatan pembunuhan dengan ancaman hukuman mati. Seorang pejabat pemerintah federal menyebut tim penyelidik mengkategorikan peristiwa penembakan El Paso sebagai kasus terorisme domestik.
Saat kejadian penembakan di Walmart El Paso, sejumlah pembeli yang ketakutan langsung meringkung di lorong, atau berlari keluar begitu mendengar suara tembakan. Hal itu dibenarkan pihak kepolisian, yang menyatakan sebagian besar korban berada di dalam toko, namun beberapa terlihat di area parkir.
Baca juga: Lebih dari 100 Penerbangan di Hong Kong Dibatalkan
"Menembak anak-anak, perempuan dan laki-laki, baginya yang terpenting adalah mereka keturunan Hispanik," ujar Manuel Sanchez, seorang penduduk setempat.
Peristiwa ini adalah penembakan massal ke-250 dan ke-251 pada tahun ini di Negeri Paman Sam pada tahun ini. Gun Violence Archice mendefinisikan penembakan massal sebagai insiden yang mencakup korban luka atau korban tewas setidaknya 4 orang. Walau serangkaian penembakan massal mengerikan terjadi di AS, namun upaya memperkuat peraturan senjata api masih terpecah belah. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved