Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kasus Khashoggi, Retaknya Mesin Humas Arab Saudi

Denny Parsaulian
23/10/2018 12:40
Kasus Khashoggi, Retaknya Mesin Humas Arab Saudi
(MOHAMMED AL-SHAIKH/AFP)

KETIKA Amerika Serikat (AS) diserang pada 11 September 2001 oleh 19 pembajak (15 di antaranya dari Arab Saudi), kerajaan itu melakukan lobi untuk mempertahankan hubungan kedua negara yang sedang kritis.

Setelah mentransfer lebih dari US$100 juta untuk memengaruhi Washington, negara kaya minyak itu sedang menghadapi krisis humas yang tidak disangka datang.

Anggota parlemen AS yang pernah bersemangat dengan dengan pangeran Saudi, dan lembaga-lembaga yang dulunya hanya terlalu senang menerima uang Riyadh, kini mencari cari untuk menjauhkan diri.

Pembunuhan jurnalis Arab Saudi yang diasingkan Jamal Khashoggi telah menyebabkan kemarahan di tingkat yang tidak terlihat dalam tahun-tahun terhadap kerajaan.

Anggota parlemen telah mengusulkan sanksi masuk akal seperti menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi yang merupakan pembeli terbesar senjata AS dan mengusir duta besar kerajaan.

Baca juga: Direktur CIA Bertolak ke Turki untuk Kasus Khashoggi

Meskipun tampaknya itu tidak mungkin untuk saat ini karena Presiden Donald Trump telah menyerukan menjaga hubungan dengan Saudi.

Saudi sebelumnya tampak yakin akan kekuatan lobi mereka di Washington. Pada Maret, Senat menolak sebuah proposal untuk mengakhiri dukungan AS untuk perang Saudi melawan para pemberontak di Yaman. Perang ini, menurut PBB, telah menewaskan ribuan warga sipil.

Tidak lama setelah itu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, 33, yang menyebut dirinya sebagai seorang reformis, dengan penuh kemenangan mengunjungi AS. Di 'Negeri Paman Sam' itu, dia bertemu dengan tokoh-tokoh mulai dari Trump hingga ratu acara talkshow Oprah Winfrey.

"Banyak orang Amerika tidak tahu banyak tentang Arab Saudi. Ini bukan tujuan besar untuk bepergian, karena banyak alasan dan mudah bagi perusahaan kehumasan untuk mengisi peran itu," kata Ben Freeman, Direktur Foreign Influence Transparency Initiative di Center for International Policy.

"Jamal Khashoggi tinggal di sini dan saya pikir banyak wartawan yang melihat ini secara pribadi karena salah satu dari mereka sudah diserang," kata Freeman.

Bahkan jika nilai-nilai negara Muslim yang keras akan tampak asing bagi kebanyakan orang Amerika, Arab Saudi telah menembus pusat-pusat kekuasaan Washington dengan membuka buku cek mereka kepada para pemikir berpengaruh, merayu wartawan, dan mempekerjakan mantan politisi senior yang ingin mendapatkan lebih banyak uang sebagai pelobi.

Di antaranya adalah Norm Coleman, mantan senator Partai Republik dari Minnesota. Coleman menandatangani kesepakatan US$125.000 per bulan tahun ini untuk mewakili kedutaan Saudi.

Dan Buck McKeon, yang hingga 2015, menjabat Ketua Komite Layanan Bersenjata DPR, dibayar US$50.000 per bulan oleh Riyadh.

Kepala koresponden CNN Washington Jake Tapper, salah satu wartawan televisi AS yang paling terlihat, pernah dihubungi kedutaan Saudi setelah tim sepak bola favoritnya, Philadelphia Eagles, memenuhi syarat untuk Super Bowl tahun ini.

Tapper ditawari diterbangkan untuk melihat pertandingan itu sebagai tamu Kedubes. Tapper menolak. "Tapi aku bertanya-tanya: siapa yang bilang ya, ya?"

Sejak hilangnya Khashoggi, setidaknya empat perusahaan pelobi telah mengatakan mereka tidak akan lagi mewakili Arab Saudi. Di antara mereka yang mengakhiri keterlibatan adalah pengacara terkemuka Theodore Olson, yang membela mantan presiden George W Bush di hadapan Mahkamah Agung. Jika mau mewakili Saudi, perusahaannya akan mengantongi setidaknya $250.000.

Washington think tank, Middle East Institute diam-diam mundur dari Arab Saudi. Institut yang telah lama bermitra dengan Riyadh itu menyatakan terkejut dan marah atas kematian Khashoggi, yang sering berpartisipasi dalam panel kelompok.

Dua think tank paling bergengsi lainnya yaitu Brookings Institution menyatakan mengakhiri kontrak Saudi sementara Pusat Studi Strategis dan Internasional hanya mengatakan mereka akan meninjau kembali hubungannya dengan Riyadh. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya