Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ini Lima Faktor Pendukung Banjir di Jepang yang Mematikan

Denny Parsaulian Sinaga
09/7/2018 18:46
Ini Lima Faktor Pendukung Banjir di Jepang yang Mematikan
(AFP)

JEPANG terkenal rentan terhadap bencana alam termasuk gempa bumi dan tsunami, dan umumnya dianggap siap untuk mengatasinya. Tetapi curah hujan di Jepang kali menyebabkan setidaknya 100 orang tewas.

Berikut ini lima faktor yang berkontribusi terhadap bencana banjir Jepang akibat curah hujan terburuk di Jepang dalam lebih dari dua dekade.

1. Musim badai dan rekor hujan.

Hujan deras dimulai dengan topan yang melanda Jepang memasuki musim tahunannya. Kepulauan ini rata-rata setiap tahun dilanda rata-rata enam topan pada Juli hingga Oktober atau November.

"Tapi hujan kali ini belum pernah terjadi sebelumnya. Rekor curah hujan tercatat dalam 72 jam hingga Minggu terjadi 118 titik pengamatan pemerintah di seluruh wilayah yang terdampak," kata badan cuaca kepada AFP.

2. Geografi yang rumit.

Sekitar 70% tanah di Jepang terdiri dari gunung dan bukit. Sehingga rumah sering dibangun di atas lereng curam, atau dataran datar yang rawan banjir di bawah mereka. Kondisi itu menempatkan banyak rumah penduduk di jalur tanah longsor dan potensial banjir.

"Selain itu, bumi Jepang secara geologis beragam, dengan lempeng tektonik dan lapisan geologis vulkanik, - secara singkat, itu lemah," kata Hiroyuki Ohno, kepala Sabo (pengontrol erosi pasir) dan Pusat Teknis Longsor.

3. Rumah kayu.

Banyak rumah Jepang dibangun dari kayu, terutama rumah tradisional yang tetap populer di pedesaan. Fondasi mereka juga terbuat dari kayu, yang ideal untuk fleksibilitas saar gempa bumi, tetapi memiliki sedikit ketahanan untuk menahan tekanan menghancurkan yang dihasilkan oleh banjir atau tanah longsor besar.

4. Perintah evakuasi.

Pihak berwenang Jepang mengeluarkan perintah evakuasi kepada sekitar lima juta orang selama hujan yang terburuk berlangsung. Tetapi perintah tersebut tidak diwajibkan, dan banyak yang mengabaikannya.

"Manusia memiliki apa yang disebut bias normal, yang berarti orang berusaha untuk tidak mengungsi, mengabaikan informasi negatif," kata Hirotada Hirose, seorang ahli manajemen bencana. "Sifat manusia ini berarti orang tidak dapat bereaksi terhadap bencana seperti tanah longsor dan banjir bandang, yang terjadi tiba-tiba."

5. Perubahan iklim

Banyak penduduk mungkin telah terbuai oleh rasa aman dari pengalaman bertahun-tahun dengan sistem cuaca yang parah, tetapi tidak mematikan. Banyak orang di daerah yang terkena dampak bencana mengatakan kepada AFP bahwa hujan tidak seperti apa yang pernah mereka lihat sebelumnya.

"Frekuensi bencana terkait hujan besar sedang meningkat, dan aturan yang dipelajari dari pengalaman, tidak berlaku lagi," kata Ohno. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa salah satu konsekuensi dari pemanasan global bisa menjadi peningkatan dalam bencana oleh hujan. (AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya