Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
RATUSAN warga sangat frustrasi dengan koneksi internet di desa mereka. Mereka sepakat untuk menggali parit untuk menanam kabel internet agar desa mereka dapatkan koneksi internet yang cepat.
Desa kecil di Inggris, Michaelston y Fedw memiliki populasi 300 orang. Mereka bergotongroyong gali parit setelah mereka tidak bisa men-download film, mendengar musik secara streaming, dan koneksi untuk online banking.
Para pensiunan, petani, guru, dan bahkan pemilik pub desa menyediakan ribuan jam secara sukarela untuk menggali parit ber mil-mil panjangnya. Dan sekarang, warga desa Michaelston y Fedw--yang secara kasar berarti gereja Michael di pohon birch--itu memiliki broadband supercepat.
Setahun setelah proyek dimulai, sebagian besar dari 300 penduduk desa sekarang telah terhubung ke koneksi broadband 1.000mps. Proyek ini menelan biaya sekitar £250.000. Sebanyak £150.000 di antaranya merupakan sumbangan penduduk desa demi mengamankan kecepatan koneksi supercepat mereka.
Mereka juga dapat memperoleh £100.000 dari Uni Eropa dan skema Cymru Broadband Akses Pemerintah Welsh. Ide menggali parit sendiri ini bermula dari obrolan di pub lokal Cafe Mably Arms. Beberapa orang mengeluhkan koneksi WiFi mereka.
"Kami berada di pub dan kami semua mengeluhkan tentang betapa buruknya wifi itu," kata Ben Longman, pemilik Cafe Mably Arms. "Saya baru saja membayar untuk broadband kecepatan tinggi dan menyadari itu tidak akan berhasil."
Salah seorang warga, Carina Dunk, 61, mengatakan apa yang telah dilakukan desa itu suatu hal yang fantastis. "Dulu butuh waktu beberapa hari untuk mengunduh film, sekarang butuh waktu kurang dari satu menit," kata Dunk.
"Biasanya masyarakat cenderung menjauh dan terpisah, tetapi tidak di sini. Kadang-kadang kita harus mundur selangkah dan mencubit diri sendiri untuk menyadari apa yang telah kita lakukan."
Dunk menambahkan, siapa pun bisa melakukan yang dilakukan di sini. ''Itu bukan ilmu roket," tambahnya.
Namun Richard Raybould, 59, masih menunggu rumahnya yang berada du pinggit desa untuk terhubung. Dan dia mengatakan sudah tidak bisa menunggu.
"Sungguh menakjubkan keterampilan apa yang dimiliki masyarakat. Ada ahli dan petani yang menggali parit. Saya telah bertemu setidaknya 30 orang yang belum pernah saya ajak bicara sebelumnya." (AFP/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved