Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Melirik Hijaunya Perbukitan Pakistan Kini

Irene Harty
27/6/2018 00:51
Melirik Hijaunya Perbukitan Pakistan Kini
(AFP/FAROOQ NAEEM)

Perubahan drastis! Mungkin begitu anggapan yang muncul saat melihat wilayah Heroshah, bukit-bukit yang sebelumnya gersang, sekarang tertutup hutan sampai ke langit. Di wilayah barat laut Pakistan itu ratusan juta pohon telah ditanam untuk melawan penggundulan hutan.

Pada 2015 dan 2016 sekitar 16 ribu buruh menanam lebih dari 900 ribu pohon eukaliptus yang tumbuh cepat secara reguler sebagai bagian kecil dari upaya di seluruh provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

"Sebelum tanah itu benar-benar terbakar. Sekarang mereka memiliki emas hijau di tangan mereka," tutur Manajer Hutan, Pervaiz Manan sambil memajang foto-foto situs itu sebelumnya, ketika hanya bilah rumput tipis yang memotong lanskap yang monoton.

Pohon-pohon baru akan mengembalikan keindahan pemandangan di daerah itu, mengontrol erosi, membantu mengurangi perubahan iklim, mengurangi kemungkinan banjir, dan meningkatkan kemungkinan pengendapan, menurut Manan.

Penduduk juga melihat keberadaan pepohonan sebagai dorongan ekonomi, tetapi pemerintah berharap lokasi itu tidak menjadi lokasi baru pengambilan kayu bakar.

"Sekarang perbukitan kami berguna, ladang kami menjadi berguna. Ini adalah manfaat besar bagi kami," kata seorang sopir, Ajbir Shah.

Lebih jauh ke utara, di Swat Khyber Pakhtunkhwa, banyak lembah tinggi digunduli oleh Taliban Pakistan selama masa pemerintahan mereka dari 2006 hingga 2009.

Sekarang mereka ditutupi dengan pohon cemara. "Anda tidak bisa berjalan tanpa menginjak semai," ungkap Yusufa Khan, petugas departemen kehutanan.

Perkebunan Heroshah dan Swat adalah bagian dari 'Billion Tree Tsunami', program pemerintah provinsi yang telah melihat total 300 juta pohon dari 42 spesies berbeda yang ditanam di Khyber Pakhtunkhwa.

Lebih dari 150 juta tanaman diberikan kepada pemilik tanah, sementara langkah-langkah regenerasi hutan telah memungkinkan pertumbuhan kembali 730 juta pohon atau kira-kira 1,2 miliar pohon baru secara keseluruhan, seperti diungkapkan manajemen program.

Program itu menelan biaya pemerintah Khyber Pakhtunkhwa sebesar US$169 juta, dimulai pada November 2014. Para pejabat mengatakan mereka masih menerapkan perlindungan pemeliharaan seperti perlindungan kebakaran dan lainnya yang akan selesai pada Juni 2020.

Kamran Hussain, manajer cabang World Wildlife Fund Pakistan, yang melakukan audit independen terhadap proyek tersebut, mengatakan jumlah pohon yang ditanam sedikit berkurang, tapi masih di atas target yakni 1,06 miliar pohon.

"Kami 100% yakin bahwa angka tentang miliar pohon itu benar. Semuanya daring. Semua orang punya akses ke informasi ini," papar Hussain.

Program itu telah dipuji oleh Kepala Persatuan Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN), yang menyebutnya sebagai kisah sukses konservasi sejati. Otoritas Pakistan mengatakan hanya 5,2% dari negara ditutupi oleh hutan dan 12% direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hanya satu pohon besar yang tersisa di desa Garhi Bit yang miskin di provinsi selatan Sindh, yang menaungi masjid kecilnya. Penduduk setempat mengatakan pohon tu telah berdiri selama satu abad. "Sebelumnya, ada pohon-pohon besar, banyak jenisnya," kata Dad Mohammad, petani, 43.

"Tapi mereka mulai kering karena kekurangan air, jadi kami memotongnya," tambahnya.

Tercatat lebih dari 60% hutan di tepian sungai Sindh telah hilang dalam 60 tahun terakhir, terutama karena penipisan sungai dan penebangan besar-besaran pada tahun 1980-an, menurut Riaz Ahmed Wagan dari departemen kehutanan provinsi.

"Ini adalah bencana," imbuhnya.

Pada awal 2017, pemerintah federal mengumumkan Proyek Green Pakistannya sendiri, yang bertujuan untuk menanam 100 juta pohon dalam lima tahun di seluruh negeri.

Dalam reformasi legislatif hingga perlindungan satwa liar, menurut pemimpinnya Ibrahim Khan, telah lebih dari seperempat pekerjaan dilakukan pada akhir April tahun ini. (AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya