Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Suu Kyi Lakukan Langkah Pertama Redakan Ketegangan Umat Budha dan Islam Myanmar

MICOM
11/10/2017 09:11
Suu Kyi Lakukan Langkah Pertama Redakan Ketegangan Umat Budha dan Islam Myanmar
(Warga Myanmar memegang lilin dan potret penasihat negara Myanmar dan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam upacara doa antaragama di Yangon, Selasa (10/10). -- AFP Photo/Ye Aung Thu)

PEMERINTAH Myanmar pada Selasa (10/10) tengah melakukan usaha pertamanya untuk memperbaiki hubungan antara umat Buddha dan Islam sejak terjadinya kekerasan terencana yang diikuti aksi pembunuhan kepada etnis Rohingya di Rakhine State pada Agustus lalu hingga memicu eksodus besar-besaran sekitar 520.000 muslim Rohingya ke Bangladesh.

Upaya pemerintah Myanmar ini sedikit membuka harapan damai, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam tindakan keras militer yang ganas dan mengarah sebagai tindakan genosida 'pembersihan etnis" yang ditujukan untuk mengusir warga Rohingya dari kampung halamannya. Meski demikian PBB masih mencatat gelombang baru pengungsi telah memasuki Bangladesh dalam beberapa hari ini, termasuk sekitar 11.000 orang pada Senin (9/10).

Upaya pemerintah Myanmar yang diprakarsai Aung San Suu Kyi tersebut kiranya masih akan menemui hambatan dengan adanya kampanye militer yang masih populer di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Akibat kampanye pihak militer Myanmar itu, hanya ada sedikit simpati untuk Rohingya, dan bagi umat Islam pada umumnya. Bahkan, nasionalisme berlebihan umat Buddha Myanmar telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Namun setidaknya, partai pemerintah Aung San Suu Kyi mengambil langkah pertama untuk mencoba meredakan permusuhan dengan acara doa bersama di sebuah stadion di kota terbesar di Yangon, yang diikuti umat Budha, Muslim, Hindu, Kristen dan lain-lain.

Ribuan orang memadati tribun stadion untuk mendengarkan seruan persahabatan yang disampaikan secara bergantian oleh para tokoh agama Budha, Hindu, Kristen dan Islam.

"Bebas dari tindakan membunuh satu sama lain, bebas dari saling menyiksa, bebas dari dihancurkan atau menghancurkan satu sama lain," ujar kepala biarawan Budha Yangon, Iddhibala, kepada kerumunan.

Sambil menuruni podium, dia berjabat tangan dengan pemimpin Muslim Hafiz Mufti Ali. "Semua warga negara harus berkolaborasi dalam persahabatan dan bekerja untuk negara ," ujar Ali, serta menambahkan pernyataannya bahwa kebebasan hidup, kebebasan berserikat, kebebasan beragama, mutlak diperlukan negara untuk memenuhi semua hak.

Rohingya telah menyematkan harapan akan perubahan pada partai Suu Kyi, namun telah mewaspadai tekanan nasionalis umat Budha Myanmar. Partainya tidak melibatkan kandidat muslim dalam pemilihan 2015 lalu. (Ant/OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya