Rumah Warisan Jadi Tembok Pemisah

(AFP/Ihs/I-4)
16/6/2017 23:45
Rumah Warisan Jadi Tembok Pemisah
(Seorang pejalan kaki melintas di depan rumah mendiang mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew di 38, Oxley Road, Singapura (11/4/2016). AFP/ROSLAN RAHMAN)

LEE Lee Kuan Yew mungkin tidak akan menyangka rumah keluarga yang telah dihuni selama tujuh dekade sekarang justru menjadi tembok pemisah bagi anak-anaknya.
Semua bermula ketika pada pekan lalu tiga anak pendiri negara jiran itu terlibat dalam perseturuan sengit mengenai masa depan rumah keluarga mereka. Anak tertua Lee Kuan Yew, Lee Hsien Loong yang kini menjadi Perdana Menteri (PM) Singapura, bertekad melestarikan rumah yang terletak di pinggiran distrik perbelanjaan Orchard Road. Namun, dua adik PM Lee, yaitu Lee Hsien Yang dan Lee Wei Ling, berkukuh agar rumah tersebut dirobohkan seperti permintaan sang ayah yang disampaikan sebelum ajal menjemputnya.

Kini konflik semakin memanas. Pada Rabu (14/6), Lee Hsien Yang secara mengejutkan mengungkapkan rencana untuk mengasingkan diri. Anak bungsu Lee Kuan Yew itu mengatakan PM Singapura telah melakukan tindakan pelecehan terhadap dia dan saudara perempuannya karena konflik rumah peninggalan sang ayah. Tidak hanya itu, dia juga mengungkapkan beberapa rekan bahkan terkena imbas serius akibat perseteruan antarsaudara kandung tersebut. "Mereka (teman-teman saya) tidak ingin diidentifikasi dan mereka tidak mau masalah ini meluas. Namun, sudah terjadi, sejumlah insiden telah menyebabkan rasa sakit dan kesedihan bagi orang lain," kata mantan jenderal militer tersebut.

Pemerintah Singapura pada Rabu (14/6) malam, untuk pertama kalinya, mengungkapkan pembentukan sebuah komite menteri yang bertugas mengevaluasi masa depan rumah itu. Komite itu akan meneliti dari berbagai aspek, termasuk sejarah, masalah pewarisan rumah, serta mempertimbangkan keinginan Lee Kuan Yew tentang masa depan rumah itu. Sebelumnya, PM Lee sudah mengatakan akan menarik diri dari keputusan pemerintah terkait dengan rumah tersebut. Namun, menurut Lee Hsien Yang, pemimpin 'Negeri Singa' malah menunjukkan tindakan sebaliknya.

Hal itu terlihat setelah PM Lee berpartisipasi memberikan pernyataan pribadi ke komite. "Menarik diri secara umum artinya Anda harus mengesampingkan diri sendiri. Anda seharusnya tidak berpartisipasi, tapi dia (PM) tampaknya berpikir dapat secara bebas membuat pernyataan kepada komite," ujar Lee Hsien Yang berapi-api. Menyelisik soal rumah itu, dalam memoarnya, Lee Kuan Yew mengatakan bangunan tersebut dibangun pada pergantian abad ke-20 oleh seorang pedagang Yahudi.

Dahulu, ruang bawah tanah kerap dipakai para pemimpin Partai Aksi Rakyat bentukan Lee Kuan Yew. Pada 1959, dia mulai memimpin Singapura. Hal itu mempunyai makna historis bagi sejumlah penduduk Singapura untuk menjadikan rumah itu sebagai monumen nasional.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya