Luhut Tawarkan Berbagai Proyek Kerja Sama ke Tiongkok

Gabriela Jessica Restiana Sihite
16/6/2017 13:40
Luhut Tawarkan Berbagai Proyek Kerja Sama ke Tiongkok
(ANTARA)

MENTERI Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan tengah menawarkan berbagai proyek kerja sama ke Tiongkok. Hal itu dilakukan saat kunjungan kerjanya ke Tiongkok pada 15-17 Juni 2017.

Beberapa proyek yang ditawarkan pemerintah, antara lain proyek terintegerasi dan hydro power di Sumatra Utara, industri nuklir dan pelabuhan di Kalimantan Utara, serta pengembangan pariwisata yang terintegrasi di Bitung, Sulawesi Utara. Proyek-proyek itu dinilai Luhut menjadi objek penting yang sedang dikembangkan pemerintah.

"Sedangkan masalah tourist destination seperti yang sudah dilakukan studi bersama Tiongkok dulu, sudah kami siapkan di Bali,” jelas Luhut dalam keterangan resmi, Jumat (16/7).

Dalam kunjungannya, Luhut bertemu dengan Sekretaris Komisi Politik dan Hukum Tiongkok Meng Jianzhu, Wakil Perdana Menteri Zang Ghaoli, Menteri Perdagangan Tiongkok, dan pejabat pemerintahan Tiongkok lainnya.

Selain itu, penawaran proyek investasi itu juga dilakukan Luhut kepada China Communications Construction Co., Ltd. (CCCC) dan China Development Bank (CDB). Menurutnya, pihak CCCC dan CDB tertarik dengan tawaran investasi di Indonesia dan akan mengirimkan tim untuk melakukan penjajakan.

Kemudian, selain menawarkan investasi, Luhut juga mendorong Tiongkok untuk mencampurkan biodiesel sebesar 5% (B5) dalam produk solar yang dijual di Tiongkok. Menurutnya, penggunaan biodiesel bisa membantu Tiongkok memenuhi komitmen pengurangan emisi dalam Paris Climate Change Agreement.

"Indonesia saat ini sudah mewajibkan camputran biodiesel 20% (B20) untuk penggunaan dalam negeri, hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari Indonesia dalam hal pengurangan emisi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan untuk membantu langkah tersebut, pemerintah dan kalangan bisnis palm oil dari Indonesia, siap meningkatkan suplai ekspor Crude Palm Oil (CPO/minyak kelapa sawit), sekaligus berinvestasi di pabrik biodiesel jika memang diperlukan.

“Peningkatan ekspor CPO juga berdampak pada program pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dan bila Tiongkok menerapkan kewajiban campuran 5% biodiesel, maka kedua belah negara akan mendapatkan manfaat yang besar, Tiongkok dapat membantu capaian pengurangan emisi,” tutupnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor mengatakan ekspor sawit ke Tiongkok bisa meningkat drastis bila B5 direalisasikan. Pasalnya, kebutuhan fame untuk mengimplementasikan B5 bisa mencapai 9 juta kiloliter (kl) per tahun.

"Sekarang bagaimana kita terus pengaruhi Tiongkok menggunakan B5. Kalau pakai itu, dia butuh 9 juta kl fame karena kebutuhan solar mereka sekitar 180 juta kl per tahun. Itu bisa kita manfaatkan untuk menaikan ekspor," ucap Tumanggor.

Adapun ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia ke Tiongkok sekitar 3,8 juta ton per tahun. Sementara itu, kapasitas produksi biodiesel Indonesia per tahun mencapai 11 juta kl dengan konsumsi dalam negeri sebanyak 4 juta kl. Bila Indonesia menambah ekspor biodiesel ke Tiongkok, Tumanggor mengatakan kapasitas produksi bisa tersalurkan secara penuh.

"Sekarang kita juga lagi bicarakan bagaimana model kerja samanya, apakah Tiongkok yang bangun pabrik biodiesel di sini atau kita ekspor ke sana atau kita bangun industri di sana," imbuh Tumanggor. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya