Rawan Pangan dan Perubahan Iklim Picu Tragedi Kemanusiaan di Afrika

Antara
14/6/2017 09:06
Rawan Pangan dan Perubahan Iklim Picu Tragedi Kemanusiaan di Afrika
(Pejabat PBB Ahmed Al Meraikhi -- trust.org)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa menyebut wilayah Tanduk Afrika berada di ambang krisis baru kemanusiaan yang berkepanjangan saat kekurangan air dan makanan akut mengancam kelangsungan hidup masyarakat di sana.

Pejabat PBB Ahmed Al Meraikhi sebagai utusan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan,
mengatakan, Selasa (13/6) di Ibu Kota Kenya, Nairobi, bahwa wilayah Tanduk Afrika tengah menghadapi tingkat rawan pangan yang tak pernah terjadi sebelumnya yang diperparah dengan adanya konflik dan kejutan iklim.

"Keperluan kemanusiaan di wilayah Tanduk Afrika bertambah dan melampaui kemampuan donor untuk menanggapi," kata Meraikhi. Ia menambahkan sebanyak 26,5 juta orang berkutat menghadapi kondisi rawan pangan di bagian timur, tengah dan tanduk Afrika.

Pejabat Qatar sebelumnya telah memimpin satu pejabat senior dalam kunjungan lima-hari ke Ethiopia, Somalia dan Kenya guna menilai krisis kemanusiaan yang menyebar dan dipicu oleh kemarau berkepanjangan.

Meraikhi mengungkapkan sebanyak 13,4 juta orang di ketiga negara tersebut sudah mulai menghadapi kelaparan, kekurangan air dan penyakit menular yang diperparah oleh peristiwa alam ekstrem.
"Lebih dari tujuh juta orang di Somalia terpengaruh oleh kemarau sementara 9,2 juta memerlukan akses mendesak ke air minum yang aman guna menghindari wabah kolera," kata Meraikhi.

Ia menambahkan Somalia memerlukan lebih dari US$948 juta guna menanggulangi keperluan kemanusiaan tahun ini.

Semua negara di Tanduk Afrika kecuali Sudan Selatan belum mengumumkan bencana kelaparan di dalam wilayah mereka kendati fenomena itu sudah membayang. Meraikhi mengatakan kondisi rawan pangan di Ethiopia dan Kenya masih suram sehingga diperlukan upaya untuk melancarkan reaksi kemanusiaan guna
menghindari krisis.

"Kita berada di ambang kelaparan di Ethiopia tapi resiko yang lebih besar berada di Somalia," kata Meraikhi. Ia menambahkan 4,4 juta orang di wilayah Tanduk Afrika sudah kehilangan tempat tinggal akibat konflik dan bencana alam.

Negara Tanduk Afrika dan mitra multilateral mereka harus mencari penyelesaian jangka panjang guna mempertegas masalah yang memicu krisis kemanusiaan.

Rashid Khalikov, Asisten Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemitraan Kemanusiaan dengan Timur Tengah dan Asia Tengah mendesak pemerintah regional agar memprioritaskan penanaman modal dalam campur tangan kemanusiaan jangka panjang seperti program pertanian yang cerdik cuaca, pendidikan, kesehatan, air, kebersihan dan kesehatan (WASH).

"Campur tangan yang dibidik mesti dirancang untuk meningkatkan keuletan masyarakat dalam menghadapi kemarau di kalangan masyarakat lokal di wilayah Tanduk Afrika," kata Khalikov.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya