Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KELOMPOK perlawanan Hamas pada pekan ini akan memperingati hari bersejarah, yakni 10 tahun memerintah dan berkuasa di wilayah Gaza. Wilayah kantong Palestina tersebut kini tengah menghadapi risiko terjadinya konflik baru dan pemadaman listrik. Hal itu akan menambah penderitaan warga Gaza yang telah terperangkap dalam kemiskinan dan menghadapi blokade Israel.
Ke depan, situasi di Jalur Gaza diperkirakan akan semakin rumit. Hal itu disebabkan krisis diplomatik di kawasan Teluk, yakni Arab Saudi dan sekutu mereka melawan Qatar akan berimbas ke wilayah Gaza. Selama ini, pemerintah Qatar merupakan donatur utama di Gaza. Namun, akibat perseteruan dengan Arab Saudi, sangat mungkin Qatar terpaksa akan memangkas dukungan mereka untuk Jalur Gaza.
Hal lain yang akan membuat situasi semakin rumit ialah perpecahan antara Hamas dan kelompok Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas hingga kini tetap runcing. Belum terlihat tanda-tanda kedua kelompok yang berseteru itu akan berekonsiliasi. “Warga Gaza yang membayar harganya,” kata aktivis hak asasi manusia Hamdi Shaqura. Hampir separuh penduduk Gaza menganggur dan lebih dari tiga perempatnya bergantung pada bantuan kemanusiaan dari internasional.
Hamas telah memerintah di Gaza sejak 15 Juni 2007. Kelompok itu mencaplok wilayah tersebut dari Fatah melalui aksi yang hampir memicu terjadinya perang sipil. Sejak menguasai Gaza, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya di wilayah itu telah bertempur melawan Israel dalam tiga perang besar. Tentara Israel secara ketat mengurung Gaza. Blokade Israel di Gaza yang berusia lebih dari satu dekade telah menghancurkan ekonomi Gaza ke titik terendah. Demikian pula pelintasan perbatasan dengan Mesir, sebagian besar ditutup telah ditutup.
Di sisi lain, Mesir telah menghancurkan sebagian besar terowongan yang digunakan orang-orang Gaza untuk menyelundupkan makanan dan kebutuhan dasar lainnya dari Semenanjung Sinai. Gaza semakin terkunci karena Otoritas Palestina (PA) menekan Hamas melalui pemotongan gaji terhadap pegawai-pegawai PA yang bertugas di Gaza. Tidak hanya itu, pemerintahan Abbas juga mengurangi pembayaran listrik yang berakibat pada kekurangan suplai penerangan. Dampaknya semakin terasa ketika saat ini warga Gaza menunaikan puasa di saat musim panas menyengat.
“Orang-orang sudah tidak bisa melakukan aktivitas jual beli,” kata Nahed Abu Salem, pemilik toko permen di kamp pengungsi Jabalia. Warga Gaza lainnya. Ayed Hassouna, 34, berprofesi sebagai penjual kopi, mengatakan menghabiskan 300 shekel (US$85) per hari untuk generator agar bisa mengoperasikan mesin penggiling kacang. (AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved