Pertempuran Marawi makin Sulit

13/6/2017 10:00
Pertempuran Marawi makin Sulit
(AFP/NOEL CELIS)

PASUKAN Filipina yang tengah berjuang untuk mengusir kelompok bersenjata terkait dengan Islamic State (IS) keluar dari Kota Marawi menaikkan bendera nasional untuk memperingati Hari Kemerdekaan, kemarin.

Upacara persembahan untuk korban dan tentara yang tewas selama konflik.
Ribuan tentara Filipina yang mendapat bantuan arahan dari Pasukan Khusus Amerika Serikat (AS), terlibat pertempuran sengit dengan ratusan gerilyawan kelompok Maute yang menguasai Marawi pada 23 Mei.

Kelompok bersenjata itu mengibarkan bendera hitam milik kelompok Islamic State (IS) dan menggunakan hingga 2.000 warga sipil sebagai tameng manusia.

Saat baku tembak terdengar dan pesawat melakukan pengeboman di distrik yang sebagian besar terbengkalai, kerumunan tentara dan pejabat berkumpul di luar gedung pemerintah terdekat untuk menaikkan bendera Filipina.

"Ini didedikasikan untuk tentara yang mengorbankan nyawa mereka dalam melaksanakan misi kami di Kota Marawi," kata Kolonel Jose Maria Cuerpo, komandan militer yang bertempur di Marawi.

Upacara tahunan itu memperingati perlawanan bersenjata melawan penjajahan Spanyol.

Filipina memperoleh kemerdekaan dari Amerika Serikat pada 1946.

Pertarungan di Marawi telah menyebabkan 58 tentara dan polisi serta lebih dari 20 warga sipil tewas, kata militer. Selain itu, diperkirakan hampir 200 gerilyawan tewas.

Puluhan ribu orang telah meninggalkan Marawi, kota muslim terpenting di negara tersebut.

Militer Filipina secara tidak terduga mengganggu rencana para milisi mengambil alih Marawi dalam sebuah aksi spektakuler untuk menunjukkan bahwa IS telah menjejakkan kaki di Filipina.

Presiden Rodrigo Duterte mengatakan serangan Maute merupakan bagian dari rencana yang lebih luas oleh IS untuk mendirikan sebuah pangkalan di wilayah selatan Mindanao.

Ia telah mengumumkan darurat militer di sana untuk memadamkan ancaman tersebut.

Pada Minggu (11/6), kepala militer wilayah tersebut, Letnan Jenderal Carlito Galvez, mengatakan pertempuran tersebut paling sulit, mematikan, berdarah, dan akan memakan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan untuk membersihkan wilayah itu dari Maute. (AFP/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya