Ahli Waris Takhta Kadhafi Bebas

AFP/Ihs/I-4
12/6/2017 08:57
Ahli Waris Takhta Kadhafi Bebas
(Putra mendiang Moamar Khadafi, Seif al-Islam, saat ditangkap tentara Libia di sebuah kota di selatan Tripoli, ibu kota Libia (19/11/2011). Pembebasan Seif al-Islam dari tahanan di Kota Zintan membuat khawatir lawan politiknya. -- AP Photo/Ammar El-Darwish)

ANAK Moamar Kadhafi, Seif al-Islam, yang dulu diharapkan menjadi penerus ayahnya sekaligus untuk mewujudkan wajah negara Libia yang modern, telah dibebaskan pada Sabtu (10/6).

Pembebasan anak Kadhafi itu diungkapkan Brigade Abu Bakr al-Sadiq, milisi mantan pemberontak yang menguasai Zintan. Menurut kelompok itu, Seif dibebaskan pada Jumat (9/6) malam waktu setempat di bawah undang-undang amnesti yang diumumkan parlemen.

Revolusi Libia yang didukung NATO pada 2011 telah menyapu habis Libia dan mengubah nasib Seif terutama setelah ayahnya digulingkan dan tewas pada Ok­to­ber 2011. Belum selesai di situ, pada November 2011 Seif ditangkap kelompok bersenjata dan ditahan di sebuah puri di puncak bukit Kota Zintan, sebelah barat daya Tripoli.

Sejak saat itu dia telah menja­di objek pada proses tarik-mena­rik hukum antara pengadilan in­terna­sional dan pihak berwenang Libia. Lahir pada 25 Juni 1972, Seif sebagai ahli waris Kadhafi merupakan anak kedua dari delapan anak Kadhafi. Dia terlahir sebagai anak tertua dari istri kedua Kadhafi, Safiya.

Seif yang mengantongi gelar doktor dari London School of Eco­nomics tidak pernah meme­gang jabatan resmi di pemerin­tah­an, tapi dikenal memiliki pe­ngaruh sebagai utusan setia re­­zim Khadafi dan arsitek reforma­­si. Oleh karena itu, dia sangat berkeinginan menormalisasi hubungan dengan negara-negara Barat melalui peluncuran stasiun televisi swasta pertama dan dua surat kabar di Libia pada 2007.

Sheif mulai tenar dan menja­di sorotan pada 2000. Saat itu, ­Yayasan Khadafi yang dipimpinnya berhasil bernegosiasi dengan pemberontak muslim di Filipina untuk membebaskan sandera Barat.

Tidak hanya itu, dia berhasil menegosiasikan pembayaran kompensasi untuk keluarga korban tewas pada dua insiden pe­­ngeboman pesawat, yaitu ­Lo­ckerbie pada 1988 dan UTA 772 pada 1989. Kedua serangan itu dituding dilakukan Libia.

Sebelum revolusi, Seif pernah menjadi bagian dari wajah rezim Khadafi bagi negara-negara Barat. Berhadapan dengan negara-negara Barat, dia selalu tampil menarik dan berbicara dalam beberapa bahasa asing dengan lancar, termasuk bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis.

Namun, semua citra itu lenyap ketika pemberontakan melawan kediktatoran 42 tahun ayahnya diluncurkan dari kota timur Beng­hazi pada Februari 2011. Seif ber­ubah menjadi wajah yang dengan keras memerangi pemberontakan. Dia muncul di televi­si untuk memberi peringatan ke­pada kekuatan oposisi yang ba­kal dihancurkan. “Kami tidak akan menyerah. Kami tidak akan meninggalkan pertarungan,” kata Seif dalam pidato saat itu. (AFP/Ihs/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya