Tekanan terhadap Qatar Meningkat

Haufan Hasyim Salengke
12/6/2017 06:38
Tekanan terhadap Qatar Meningkat
(Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kanan) mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani di Moskow,Sabtu (10/6). -- AFP PHOTO/Yuri Kadobnov)

TEKANAN politik terhadap Qatar makin meningkat setelah adanya dugaan pelarangan warga negara kaya gas itu untuk memasuki Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi.

Hal itu dilaporkan Al Sharq, surat kabar propemerintah yang berbasis di Doha, Qatar, pada Sabtu (10/6) waktu setempat.

Dalam laporan itu, Al Sharq menyebutkan Komisi Hak Asasi Manusia Nasional (NHRC) Qatar menerima keluhan dari warga bahwa peziarah atau jemaah dari negara itu dilarang masuk ke Masjidil Haram.

Ali bin Smaikh al-Marri, kepa­la NHRC, mengecam insiden tersebut sebagai pelanggaran mencolok terhadap hak untuk mempraktikkan ritus keagamaan se­bagaimana diizinkan kon­vensi hak asasi manusia.

“Langkah tersebut merupakan pelanggaran hak untuk melakukan ritus keagamaan yang dijamin konvensi hak asasi manusia,” kata Ali.

Perlu diketahui bahwa otoritas Arab Saudi biasanya tidak menanyai orang-orang yang memasuki Masjidil Haram mengenai et­nisitas atau afiliasi sektarian mereka.

Sebelumnya, pada Senin (5/6), kantor berita resmi Saudi Press Agency mengonfirmasi bahwa Arab Saudi berkomitmen untuk menyediakan semua fasilitas dan layanan kepada jemaah Qatar.

Seperti dimuat Gulf News, Ri­yadh berkomitmen bahwa jemaah Qatar bisa mengunjungi Saudi untuk ibadah haji ataupun umrah.

Laman Arab News melaporkan, Minggu (11/6), Raja Salman telah mengeluarkan instruksi baru yang mewajibkan bantuan kemanusiaan bagi keluarga yang terdiri atas warga negara Saudi yang menikah dengan warga Qa­tar atau sebaliknya.

Kementerian Luar Negeri Saudi menegaskan bahwa instruksi itu menunjukkan ‘hubungan yang mendalam’ antara orang-orang Saudi dan Qatar.

“Raja Salman mengarahkan kasus kemanusiaan keluarga ber­sama Saudi-Qatar, orang-orang Qatar berada di hati Ra­­ja Salman,” kata pernyataan ter­sebut.

Uni Emirat Arab dan Bahrain, dua sekutu Saudi, juga mengambil langkah serupa dan me­merin­tahkan bantuan kemanusiaan khusus bagi warga yang menikah dengan orang Qatar.

Sementara itu, Iran mengirimkan lima pesawat untuk membawa makanan menuju Qatar yang saat ini kesulitan bahan pangan. “Sejauh ini lima pesawat membawa makanan seperti buah dan sayur-sayuran dikirim ke Qatar. Setiap pesawat membawa 90 ton kargo, sedangkan pesawat lainnya akan dikirim hari ini,” ujar juru bicara Iran Air, Shahrokh Noushabadi, kemarin.

Aksi simpatik
Klaim pelarangan warga ­Qatar memasuki Masjidil Haram muncul beberapa hari setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain mengkriminalkan aksi ‘simpati’ untuk Qatar di media sosial.

UEA mengatakan pelaku akan dihukum dengan hukuman penjara hingga 15 tahun, dan denda US$136 ribu. Sementara itu, Bahrain menyatakan dapat menjatuhkan hukuman penjara hingga lima tahun.

Sejak pertikaian diplomatik meletus, slogan-slogan menentang dan mendukung Qatar telah menjadi topik utama yang dibahas di Twitter dalam bahasa Arab, yang merupakan media ekspresi yang sangat populer di dunia Arab, khususnya di Arab Saudi.

Perselisihan antara Qatar dan negara-negara Arab meningkat setelah sebuah serangan siber di kantor berita Qatar.

Arab Saudi, Bahrain, UEA, dan Mesir memutuskan hubung­an diplomatik dan hubungan ­transportasi dengan Qatar karena menuduh Doha mendukung ‘ekstremisme’.

Rusia menyerukan dialog untuk menyelesaikan perselisihan antara Qatar dan tetangganya di Teluk. Adapun Riyadh dan sekutunya menyambut permintaan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Doha harus menghentikan pendanaan kelompok ekstremis.

Permintaan Moskow dilayangkan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mendorong Arab Saudi dan sekutu-sekutunya untuk meredakan ‘blokade’ terhadap Qatar yang kaya gas. (AFP/Aljazeera/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya