Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEHILANGAN seseorang yang dicintai memang sangat menyedihkan. Seorang ibu di Filipina Selatan mengatakan bayinya baru saja meninggal akibat kurangnya perawatan medis. Bukan tanpa sebab kekurangan perawatan medis tersebut terjadi. Pascaserangan yang dilakukan militan Islam di sebuah kota di Filipina Selatan, kondisi kota tersebut kini memprihatikan. Tercatat ada lebih dari 200 ribu pengungsi yang menghadapi risiko kesehatan mematikan, termasuk di dalamnya ibu dan bayinya tersebut.
Ibu itu bernama Emmalyn Macababayao, 37. Ia mengatakan, anak laki-lakinya yang berusia satu tahun meninggal setelah sakit saat mereka melarikan diri dari Marawi selama enam hari. "Saat melarikan diri, saya berpegangan erat pada putra sulung saya dengan tangan kiri sementara yang lain sedang menyusui," kata Macababayao saat dia mulai menangis. Sembari terisak, ia menceritakan, kala itu, sang bayi merasa sangat lapar, hujan turun sangat deras. Dirinya dan bayinya basah kuyup, di tengah perjalan yang lama.
Ia hanya bisa menangis, merasa tak berdaya dan putus asa. "Tapi, aku tetap berpegangan erat pada anak-anakku, aku merasa sangat takut. Aku sendirian." Dia mengatakan bahwa anaknya meninggal tiga hari setelah mencapai rumah seorang kerabat. Pasalnya, dia tidak dapat menjalani perawatan medis untuk demam dan diare yang dialaminya. Permulaan musim hujan memperburuk situasi. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan dan telah mengamati adanya lonjakan diare, penyakit pernapasan, dan penyakit lainnya.
"Situasi kesehatan belum kritis pada saat ini. Namun, kami khawatir hal ini bisa memburuk dalam beberapa hari mendatang," kata Jose Amigo, koordinator kesehatan ICRC di Filipina. Pemerintah mencatat, sekitar 240 ribu orang telah mengungsi akibat pertempuran di Marawi. Kerusuhan tersebut dimulai lebih dari dua pekan lalu ketika ratusan militan mengamuk melalui kota sembari melambai-lambaikan bendera hitam dari kelompok Islamic State (IS).
Syahdan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan serangan tersebut merupakan bagian dari rencana yang lebih luas dari IS untuk mendirikan sebuah pangkalan di wilayah selatan Mindanao. Oleh karena itu, Duterte mengumumkan darurat militer di sana untuk memadamkan ancaman tersebut. Sebanyak 20 warga sipil telah dipastikan tewas akibat pertempuran tersebut. Namun, jumlah itu kemungkinan akan lebih tinggi sebab pihak berwenang belum dapat menilai secara keseluruhan, karena sekitar 10% Marawi yang masih dikuasai militan tersebut.
Sekitar 2.000 orang juga diyakini masih terjebak di daerah itu dengan beberapa digunakan sebagai perisai manusia, menurut pihak berwenang. Sementara itu, sekitar 90% pengungsi memilih mencari perlindungan di rumah kerabat dan teman-teman ketimbang pusat evakuasi, menurut data pemerintah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved