Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PERDANA Menteri Inggris Theresa May menghadapi tekanan untuk mengundurkan diri setelah partainya kehilangan mayoritas kursi di parlemen dalam pemilu Inggris, Jumat (10/6). May dianggap menjatuhkan Inggris ke dalam etidakpastian akibat hasil referendum yang memutuskan Inggris meninggalkan Uni Eropa (Britain Exit/Brexit). Padahal, pemilu kali ini dipercepat setelah May menyerukan percepatan pemilihan umum pada April lalu untuk memperluas mayoritas di parlemen dan memperkuat posisinya.
Namun, itu malah menjadi bumerang setelah Partai Konservatif gagal memenangi cukup kursi untuk membentuk pemerintahan sendiri. Hasil pemilu itu juga menyebabkan pound sterling merosot terhadap dolar dan euro karena investor mempertanyakan siapa akan mengendalikan proses Brexit. May juga menghadapi tekanan untuk mundur dari dalam dan luar partainya setelah melalui masa kampanye yang dibayang-bayangi dua serangan teror.
Tekanan yang sama juga datang dari pemimpin oposisi Jeremy Corbyn dari Partai Buruh yang mendapat lonjakan 20 poin di belakang May. Dia mendesak May untuk mundur dengan menegaskan bahwa perdana menteri itu telah kehilangan suara, kehilangan dukungan, dan kehilangan kepercayaan diri. Mantan Menteri Keuangan Inggris George Osborne, yang dipecat pada Mei lalu, mengatakan kepada ITV News, "Jelas, jika mendapat hasil buruk ketimbang dua tahun lalu dan hampir tidak dapat membentuk pemerintahan, dia tidak akan bertahan dalam jangka panjang sebagai pemimpin Partai Konservatif."
Dengan sekumpulan kursi yang masih harus diumumkan, Partai Konservatif diprediksi akan menang 318 kursi, turun dari 331 pada 2015 dan gejolak sejak referendum Uni Eropa tahun lalu. Secara matematis Konservatif tidak mendapat 326 kursi untuk menjadi mayoritas. Mereka harus membentuk aliansi informal atau formal untuk mendorong agenda mereka.
Partai Buruh diperkirakan akan meningkat dari 229 menjadi 262 kursi. Di lain sisi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengucapkan selamat kepada Inggris yang berhasil melaksanakan pemilihan umum dengan lancar dan damai yang memperlihatkan demokrasi berjalan dengan baik. Dia juga mendukung terwujudnya pemerintahan yang stabil di Inggris.
"Siapa pun yang dipilih rakyat Inggris, pemerintah Indonesia siap bekerja sama untuk hubungan bilateral dan kesejahteraan rakyat kedua negara. Pemerintah yang stabil dan kuat jadi satu hal penting untuk berbagai kebijakan dalam negeri dan program-programnya," tuturnya.
Brexit tidak jelas
Komisaris Perekonomian Uni Eropa Pierre Moscovici mengatakan May telah gagal dalam pertaruhannya dengan jadwal pembicaraan Brexit dimulai 10 hari lagi diperkirakan akan kacau. Pakar ekonomi Tony Travers dari London School of Economics mengungkapkan posisi May yang lemah akibat pemilihan menyebabkan perundingan Brexit menjadi langkah yang salah.
Komisioner Energi Uni Eropa Jerman Gunther Oettinger mengatakan, "Dengan mitra negosiasi yang lemah, ada bahaya negosiasi akan berdampak buruk bagi kedua belah pihak. Saya melihat lebih banyak ketidakpastian sekarang." Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) yang memenangi 12,5% suara dua tahun lalu dan pendorong Brexit, kehilangan 2% suara.
Partai Nasional Skotlandia yang mendominasi politik di perbatasan utara selama satu dekade dan meminta pemilu baru setelah Brexit bakal kehilangan sekitar 21 dari 54 kursi. "Ini menciptakan lapisan ketidakpastian lain menjelang negosiasi Brexit," kata analis pasar senior OANDA Craig Erlam. (AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved