Peran Rusia di Pilpres AS Pada 2016 Mulai Terkuak

Soelistijono
06/6/2017 11:57
Peran Rusia di Pilpres AS Pada 2016 Mulai Terkuak
(Markas National Security Agency (NSA) di Fort Meade, Maryland. Sebuah dokumen rahasia NSA menunjukkan bahwa peretas dari intelijen militer Rusia berulang kali mencoba masuk ke sistem pemungutan suara AS sebelum pilpres tahun lalu. -- AFP PHOTO/SAUL LOEB)

ADANYA dugaan peran Rusia dalam memengaruhi proses dan hasil Pilpres AS pada November tahun lalu dan dimenangi Donald Trump sedikit mulai terkuak.

Sebuah dokumen rahasia dari National Security Agency (NSA) yang sempat bocor mengungkapkan bahwa peretas dari intelijen militer Rusia berulang kali mencoba masuk ke sistem pemungutan suara AS, sebelum pilpres berlangsung.

The Intercept yang mendapat bocoran dokumen itu melaporkan pada Senin (5/6) bahwa laporan NSA menggambarkan operasi hacking terkait erat dengan apa yang dikerjakan Direktorat Intelijen GRU Moskow yang menargetkan perusahaan swasta AS yang memberikan layanan dan peralatan pendaftaran pemilih kepada pemerintah daerah di seluruh negeri.

Operasi Rusia tersebut, disebut-sebut NSA berpotensi mengancam integritas suara AS dan berlangsung berbulan-bulan, sampai beberapa hari sebelum pilpres dilaksanakan pada 8 November 2016.

Dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa, dengan mencoba mencuri kredensial untuk masuk dan menggunakan email untuk memancing dan menanam perangkat lunak perusak, para peretas memperoleh dan mempertahankan akses ke elemen dari beberapa dewan pemilihan negara bagian AS atau lokal."

"Namun NSA tidak menyimpulkan apakah para peretas berhasil," kata Intercept. Menaggapi hal itu pejabat intelijen AS berulang kali mengatakan bahwa penghitungan suara tidak terpengaruh dalam pemilihan, yang akhirnya dimenangkan oleh Trump saat menghadapi konstestan lainnya Hillary Clinton. Laporan Intercept, yang berfokus pada masalah keamanan nasional AS membuat gerah pejabat pemerintah AS.

"Dokumen NSA bertanggal 5 Mei, merupakan pandangan paling mutakhir yang dipublikasikan oleh dinas intelijen AS mengenai usaha Rusia tersebut. Namun Intercept tidak mengakui bagaimana mereka mendapatkan dokumen tersebut.

Namun, tidak lama setelah laporan Intercept muncul, Departemen Kehakiman mengumumkan penangkapan Reality Leigh Winner, seorang karyawan kontraktor NSA, karena membocorkan informasi rahasia ke media online ini.

Intercept juga menyebutkan bahwa para hacker Rusia menargetkan operasi pemungutan suara lokal. Laporan tersebut memperluas dugaan AS bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengarahkan upaya terpadu, yang melibatkan hacking untuk mengganggu pilpres AS.

Di sisi lain Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui peran Rusia di Pilpres AS, November tahun lalu. "Bagaimanapun mungkin ada hacking oleh orang-orang Rusia yang tidak berhubungan dengan pemerintah.

Seberapa sukses usaha Rusia itu, dan data seperti apa yang mungkin telah dicuri, tetap menjadi pertanyaan yang terjawab memuaskan," pungkas laporan versi NSA itu.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya