Korban Tewas Bertambah dalam Serangan Udara Marawi

Irene Harty
01/6/2017 18:57
Korban Tewas Bertambah dalam Serangan Udara Marawi
(AFP PHOTO / TED ALJIBE)

SERANGAN udara yang ditujukan kepada militan Islam di kota selatan Filipina menewaskan 11 tentara, menurut pihak berwenang pada Kamis (1/6). Ratusan orang bersenjata diperkirakan lolos karena militan menggunakan sandera sebagai perisai.

Kematian akibat kebakaran tersebut membuat total jumlah korban tewas sejak serangan kelompok Islamic State (IS) ke Marawi pekan lalu menjadi 171 orang. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, telah memberlakukan darurat militer di Mindanao yang menampung 20 juta orang.

Namun, kontrol penuh itu berujung dengan tewasnya tentara akibat pengeboman salah arah.

"Ini sangat menyakitkan. Sangat menyedihkan untuk menyerang pasukan sendiri," kata Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana. "Ini menyedihkan tapi kadang kala terjadi di kabut perang."

Awalnya, tercatat hanya 10 korban tewas tapi juru bicara Militer Nasional, Brigadir Jenderal Restituto Padilla, memastikan 11 yang tewas.

Lorenzana juga memperingatkan banyak militan yang lolos walaupun ada pos pemeriksaan di seluruh kota dan mengelilinginya.

"Kami punya laporan mereka akan pergi ke beberapa kota di sekitar Marawi," kata Lorenzana.

Dia memprediksi sekitar 500 militan pada awal kerusuhan, tapi hanya antara 50 dan 100 orang yang diyakini masih ada di Marawi.

Menurut militer, 120 orang bersenjata terbunuh. sedangkan 330 orang masih belum diketahui keberadaannya dan mungkin kabur dari kota. Lorenzana mengungkapkan militan yang tewas berasal dari Arab Saudi, Chechnya, Yaman, Malaysia, dan Indonesia.

Tentara Filipina telah diminta mundur oleh para militan dan pemerintah Marawi. Bahkan, para militan memakai sandera untuk berbicara tentang video propaganda untuk menyampaikan maksud mereka.

Pemerintah setempat berulang kali memperingatkan potensi penduduk yang tewas karena serangan udara dan minta diakhiri.

"Kami terus-menerus menarik rantai komando ... untuk menahan diri dari serangan udara," kata politikus lokal dan juru bicara Komite Manajemen Krisis Provinsi, Zia Alonto Adiong.

Komite Palang Merah Internasional juga telah meminta gencatan senjata kemanusiaan. Akan tetapi, Padilla bersikeras kematian tentara tidak akan melemahkan tekad mereka.

"Kami tidak akan menghentikan misi kami. Dorongan setiap personil AFP (Angkatan Bersenjata Filipina) di udara, tanah, dan air tetap tidak berkurang," katanya. "Kami akan terus maju merebut kembali bagian Marawi yang tersisa dan membebaskan orang-orang yang digunakan para teroris sebagai tameng."

Militan telah membunuh 19 warga sipil menurut militer sedangkan 32 tentara dan polisi dipastikan tewas. Bentrokan meluap saat pasukan keamanan menyerbu sebuah rumah, menangkap Isnilon Hapilon, seorang militan veteran Filipina yang diduga pemimpin IS di Filipina dan masuk dalam daftar teroris paling dicari Pemerintah Amerika Serikat. (AFP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya