Menlu: Pemerintah belum Bisa Evakuasi 16 WNI di Marawi

Achmad Zulfikar Fazli
29/5/2017 21:49
Menlu: Pemerintah belum Bisa Evakuasi 16 WNI di Marawi
(AP)

SEBANYAK 16 warga negara Indonesia masih tertahan di Kota Marawi, Filipina Selatan. Para WNI yang merupakan rombongan majelis tablig itu kini berada di dua tempat yang berbeda.

"Korbannya 16 orang. Jadi gini, ada 16 orang ada di tempat berbeda. 10 orang dalam satu tempat, kemudian 6 orang lagi berada di tempat berbeda," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (29/5) petang.

Kemenlu, kata dia, terus berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Davao City, KJRI Manila, dan pemerintah otoritas setempat mengenai keberadaan WNI di Marawi. Menurut dia, informasi terakhir para WNI tersebut sudah meminta bantuan untuk dievakuasi.

Namun, lanjut dia, evakuasi belum dapat dilakukan lantaran tentara Filipina masih melakukan operasi terhadap pasukan militan yang terafiliasi dengan kelompok ekstremis Islamic State (IS). Sehingga, tak mungkin adanya pergerakan apapun.

"Informasi yang kita peroleh dari otoritas setempat, mereka tahu keberadaan WNI kita 16 itu karena mereka berada di tempat yang diketahui, di masjid. Yang otoritas setempat memang tahu mereka ada di situ," ucap dia.

Ia menambahkan, berdasarkan informasi dari otoritas setempat, 16 WNI tersebut kini dalam kondisi baik. KJRI di Davao City juga telah berkomunikasi dengan para WNI tersebut.

Sejak Kamis (25/5), Pemerintah Filipina sudah mengerahkan helikopter dan pasukan khusus untuk mengusir militan Maute dan Abu Sayyaf dari Marawi. Kedua kelompok teroris itu sudah menyatakan sumpahnya kepada kelompok IS.

Juru Bicara Militer Filipina, Resituto Padilla, menyebutkan bahwa hingga saat ini operasi masih terus berlangung.

"Masih ada baku tembak antara pasukan kami dengan para teroris. Dan tujuan utamanya adalah memaksa para teroris keluar dari kota," kata Padilla.

Proses penyelamatan warga yang berada di Marawi juga masih berlangsung. Padilla memastikan bahwa militer Filipina hanya melakukan serangan udara untuk menghindari korban dari warga sipil serta mencegah agar tidak ada kerusakan properti.

Kelompok Abu Sayyaf dan Maute melakukan penyerangan ke Marawi, pekan lalu. Setidaknya terdapat 44 tewas. Terdiri atas 11 tentara, dua polisi, dan 31 militan.

Serangan terjadi ketika pasukan keamanan menggerebek ke sebuah rumah yang diyakini sebagai persembunyian Isnilon Hapilon, seorang pemimpin kelompok Abu Sayyaf. Isnilon diketahui juga telah berbaiat kepada IS. (MTVN/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya