Pejuang Asing Terlibat dalam Pertempuran di Filipina Selatan

Haufan Hasyim Salengke
26/5/2017 19:03
Pejuang Asing Terlibat dalam Pertempuran di Filipina Selatan
(AFP PHOTO / TED ALJIBE)

PIHAK berwenang Filipina, Jumat (26/5), mengungkapkan, petempur asing termasuk di antara milisi yang terkait dengan kelompok ekstremis Islamic State (IS) sedang berjuang melawan pasukan pemerintah di Filipina Selatan.

Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di wilayah selatan Mindanao, Selasa (23/5), beberapa jam setelah orang-orang bersenjata dari kelompok Abu Sayyaf dan Maute mengamuk di penjuru Kota Marawi untuk merespons serangan di salah satu rumah aman mereka.

"Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi sebuah pemberontakan warga Filipina. Itu telah bertransformasi sebuah invasi oleh pejuang asing," kata ketua pengacara pemerintah, Jose Calida, kepada wartawan di kota selatan Davao.

Dia mengatakan, warga Malaysia, Indonesia, Singapura, dan 'penjahat asing lainnya' bertempur di Marawi, salah satu kota muslim terbesar di Filipina yang berpenduduk mayoritas Katolik.

Juru bicara militer Filipina, Brigadir Jenderal Restituto Padilla, mengatakan, enam pejuang asing diyakini terbunuh dalam pertempuran Marawi, termasuk orang Malaysia, Indonesia, dan kewarganegaraan lain yang tidak dia sebutkan.

Calida menambahkan, para pejuang asing tersebut telah mendapat ‘perintah keras’ dari IS untuk melakukan perjalanan ke Mindanao untuk mendirikan ‘wilayat’ atau provinsi IS, jika mereka tidak bisa berperang di Irak atau Suriah.

Terpisah, sumber intelijen mengungkapkan dua warga Malaysia yang tewas dalam pertempuran Marawi diidentifikasi sebagai Ustaz Abdurahman Asmawi dari Kelantan dan Dr Kamsa Yahya asal Kedah.

Sumber itu menambahkan, warga Indonesia, Sheikh Ayman Marjuki, dan seorang warga Arab Saudi, Sheikh Ahmad Belfaki, juga termasuk di antara korban pertempuran di desa-desa sekitar Marawi, yang dipandang sebagai kota pertama yang diambil alih oleh IS di Asia Tenggara.

Seorang warga Malaysia lainnya, mantan dosen Universitas Malaya, Dr Mahmud Ahmad, juga berada di Marawi, tempat dia bekerja dengan pemimpin Abu Sayaff Isnilon Hapilon untuk membangun IS di wilayah tersebut.

Sumber tersebut tidak mengatakan berapa banyak warga Malaysia lainnya yang terkait dengan IS berada di Marawi.

Pemerintah Indonesia melalui Kemeterian Luar Negeri mengungkapkan ada 17 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Kota Marawi.

”Ada 17 WNI di Marawi, satu merupakan WNI yang menetap di sana dan menikah dengan orang Filipina, dan 16 lainnya adalah rombongan majelis tabligh, mereka di sana dalam rangka kunjungan dan ibadah,” kata juru bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir, saat press briefing, kemarin.

Ia mengatakan kondisi mereka dalam keadaan baik. Mereka tinggal di dekat kantor polisi setempat dan terus mengikuti aturan di sana.

"KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Davao sudah menanyakan apakah ingin dievakuasi, tapi mereka tetap ingin di sana, komunikasi terus dilanjutkan," kata dia.

Ditanya soal dugaan adanya WNI yang bergabung dalam kelompok Maute, Arrmanatha mengaku belum menerima informasi yang valid soal hal itu.

Militer Filipina menemukan paspor WNI yang diduga bergabung dengan kelompok Maute dalam bentrokan di Marawi. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan belum bisa memastikan kabar itu.

Pasukan Filipina yang didukung oleh kendaraan lapis baja dan helikopter penembak roket berjuang untuk mengambil alih kontrol Marawi, yang dikepung oleh orang-orang bersenjata yang terkait dengan kelompok IS.

Pertempuran pecah sejak sebuah serangan pemerintah awal pekan ini yang gagal menangkap Isnilon Totoni Hapilon, pemimpin pasukan IS wilayah Filipina yang masuk daftar milisi yang paling dicari di Asia.

Pemberontak telah mencabik-cabik jalanan Marawi sejak Selasa (23/5) malam, membakar bangunan, menyandera seorang pastor dan jemaahnya dan memblokade sebagian besar kota itu.

Kekerasan memaksa ribuan orang melarikan diri dan menimbulkan ketakutan akan meningkatnya ekstremisme di negeri jiran ini.

Sedikitnya 44 orang tewas dalam pertempuran tersebut, termasuk 31 milisi dan 11 tentara, kata beberapa pejabat pada Kamis (25/5) kemarin. Tidak jelas apakah warga sipil termasuk di antara korban yang tewas.

Sebagai pertanda kebingungan atas kejadian di dalam kota, seorang kepala polisi setempat mengatakan, Jumat, bahwa dia masih hidup dan sehat--dua hari setelah Presiden Rodrigo Duterte mengatakan kepada media bahwa dia telah dipenggal oleh kelompok militan. (AFP/The Star/AP/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya