PBB Bahas Krisis Venezuela

AFP/Ire/I-3
18/5/2017 03:31
PBB Bahas Krisis Venezuela
(AFP/JUAN BARRETO)

DEWAN Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan membahas krisis yang melanda Venezuela pada Rabu (17/3) waktu setempat.

Krisis ekonomi yang diwarnai unjuk rasa itu telah merenggut sedikitnya 42 orang sejak enam pekan lalu.

Namun, Amerika Serikat (AS) meminta pembicaraan di Dewan Keamanan PBB tersebut digelar secara tertutup setelah pertemuan yang membahas Somalia dan Eritrea.

Unjuk rasa yang melibatkan demonstran antipemerintah telah berlangsung sejak 1 April lalu.

Mereka mulai tidak suka melihat kebijakan dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang memperkuat kekuasannya.

Pada Selasa (16/5), pihak kejaksaan Venezuela melaporkan remaja laki-laki berusia 17 tahun dan dua pria tewas tertembak saat unjuk rasa antipemerintah di Kota Pedraza, San Antonio de Los Altos, dan Tachira.

Insiden itu membuat korban tewas akibat bentrokan antara demonstran dan polisi bertambah menjadi 42 orang.

Jumlah itu pun hampir sama dengan aksi kerusuhan antipemerintah pada 2014 dengan korban tewas mencapai 43 orang.

"Mereka tidak dapat terus membunuh dan menyiksa orang dan kabur setelahnya," kata Ketua Organisasi AS, Luis Almagro, yang mengkritik keras tindakan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Terkait dengan aksi unjuk rasa yang diwarnai bentrokan dan kekerasan, baik pihak pemerintah maupun kelompok oposisi saling menyalahkan.

Pemerintah menuduh pelaku penyerangan bersenjata berasal dari kelompok oposisi.

Sebaliknya, oposisi menyatakan bahwa aparat keamanan menembak para demonstran dengan senjata api.

Di sisi lain, seorang remaja laki-laki yang tewas sempat dibawa ke rumah sakit setelah tertembak dalam unjuk rasa di Kota Pedraza Barat dan meninggal pada Selasa (16/5).

Sebelum insiden penembakan, remaja itu sedang berunjuk rasa. Tiba-tiba sekelompok orang datang dan melepaskan tembakan beberapa kali. Sebuah peluru menembus kepala remaja tersebut, kemudian terkapar.

Pihak kejaksaan menambahkan, dua pria yang berusia 31 tahun dan 33 tahun tewas ditembak.

Penembakan tersebut terjadi di dua tempat berbeda, yakni Kota San Antonio de los Altos dan Kota Tachira.

Dalam upaya membubarkan para demonstran, polisi menembakkan gas air mata. Sementara itu, para demonstran antipemerintah membalas dengan melempar batu dan bom molotov dalam unjuk rasa yang berlangsung hampir setiap hari.

Kalangan oposisi dari sayap kanan tengah menyalahkan Maduro yang tidak mampu mengatasi krisis ekonomi yang memicu kelangkaan pangan dan obat-obatan.

Oposisi mendesak pemilihan presiden dipercepat untuk menurunkan Maduro dari jabatannya.

Namun, Maduro menyatakan pemilihan presiden baru digelar pada akhir 2018.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya