Zona Aman Suriah Dimulai

PERTEMPURAN mereda di Suriah, Sabtu (6/5) waktu setempat, setelah kesepakatan yang ditandatangani pendukung utama pihak pemerintah, Rusia dan Iran, dan pendukung kelompok pemberontak, Turki, untuk menciptakan empat zona ‘deeskalasi’ mulai berlaku.

Rencana multifase yang ditandata-ngani Kamis (4/5) di ibu kota Kazakhstan, Astana, ialah salah satu upaya yang lebih ambisius untuk mengakhiri konflik enam tahun Suriah.

Rencana itu mencakup ketentuan gencatan senjata, pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat, dan kembali-nya pengungsi setelah zona ‘deeskalasi’ diciptakan di seluruh delapan provinsi di Suriah.

Zona tersebut mengamanatkan penyetopan baku tembak dan serangan, termasuk serangan udara. Rencana itu juga mengusulkan pengerahan pasuk­an pemantau ‘pihak ketiga’.

Zona deeskalasi mulai mulai berlaku pada Sabtu tengah malam (04.00 WIB), menurut Rusia, tetapi para sponsor lainnya memiliki waktu hingga 4 Juni untuk menyelesaikan perbatasan zona tersebut.

Empat medan tempur utama yang dicakupi zona itu ialah Provinsi Idlib di barat laut, bagian tengah Suriah, wilayah selatan, dan daerah Ghouta Timur dekat Damaskus.

Di beberapa daerah tersebut telah terlihat adanya penurunan kekerasan atau baku tembak sepanjang Sabtu. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Suriah ‘stabil’ pada akhir hari pertama kesepakatan tersebut berjalan.

“Kami melihat ada sedikit pesawat terbang, hampir tidak ada. Orang-orang yang membeli dan menjual lebih banyak,” kata Abu Qais, seorang pedagang berusia 26 tahun di Maaret al-Numan di Provinsi Idlib. “Secara psikologis, warga lega,” ujarnya.

Namun, koresponden AFP di di Kota Douma yang dikuasai pemberontak melaporkan pesawat-pesawat tempur pemerintah Suriah terdengar dari ­Ghouta Timur sekitar tengah hari. (AFP/Hym/I-1)