Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
RASA penghargaan terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat secara pasti sudah menjadi fenomena yang tidak terbatas di dalam negeri, tapi sudah mendunia.
Lenah Susianty, mantan wartawan BBC yang lama berdomisili di London, melihat fenomena pemimpin minoritas seperti Ahok seharusnya bisa disejajarkan dengan kasus terpilihnya Sadiq Khan sebagai Walikota London. Tapi kenyataan yang dihadapi kedua tokoh ini berbeda sama sekali.
”Tidak pernah ada pengerahan massa di gereja untuk tidak memilih pemimpin non-kristen, tidak pernah ada usaha menjegal karena dia muslim,” papar Lenah yang kini bekerja sebagai penerjemah. Menurut Lenah, sekalipun ada kelompok ekstrem kanan yang tidak suka, mereka tidak berceramah di gereja untuk menjegal Sadiq.
Lenah yang mengikuti dari dekat pemilihan walikota London kala itu, menjelaskan bahwa mayoritas warga London hanya melihat Sadiq sebagai calon dari Partai Buruh dengan berbagai kebijakannya. Dan setelah Sadiq menang, tidak ada yang nyinyir dan (mengklaim) berusaha merajut kembali persatuan, tambah Lenah.
Soalnya, selama kampanye, memang tidak ada perpecahan seperti yang terjadi di Jakarta. ”Ini yang membuat kami merasa aneh,” tegasnya.
Satu hal lagi yang mempertegas perbedaan antara nasib Ahok dengan Sadiq, yang menurut Lenah, Sadiq tak punya pengalaman sebagai walikota, tapi ia bisa menan sekalipun minoritas. Sementara Ahok, sekalipun sudah berprestasi dan bekerja bagus, tetap kalah.
Senada dengan Lenah, Anton Alifandi, mantan wartawan BBC, yang juga bermukim di London, memaklumi antusiasme WNI yang tinggal di luar negeri. Semua ingin Indonesia aman, damai dan makmur, katanya.
Tapi yang terjadi, proses Pilkada DKI justru mencemaskan dan memperburuk rasa saling percaya di masyarakat. ”Taktik menggunakan agama (dan ras) yang terbukti berhasil di Jakarta, kemungkinan besar akan dipakai di dalam pilkada-pilkada (lain) berikutnya,” kata Analis di IHS Markit ini.
Ia menprediksi jika salah satu lawan di pilkada sulit dikalahkan dari segi kompetensi, maka sang calon akan diserang dengan taktik sama. ”Ridwan Kamil mulai diserang dengan isu Syiah,” Anton mencontohkan.(OL-3)
Baca juga: Ahok 'Effect' Bukan (Cuma) Jakarta
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved