Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
"SANGAT... sangat sukses!" pekik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah bom tipe GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast atau MOAB dijatuhkan di daerah pegunungan terpencil Momand Dara, Distrik Achin, Provinsi Nangarhar, Afghanistan, Kamis (13/4).
Akhirnya AS menjatuhkan bom raksasa yang disebut Mother of All Bombs itu untuk membumihanguskan persembunyian kelompok pemberontak Islamic State (IS). Saat bom meledak, bola api raksasa yang menyerupai bentuk jamur membumbung ke udara.
Getaran dahsyat dapat terasa hingga jarak berkilo-kilometer. Pasukan 'Negeri Paman Sam' meyakini 'bom induk nonnuklir' itu telah memorak-porandakan bungker atau lubang persembunyian kelompok militan yang dibentuk Abu Bakr al-Baghdadi.
Setelah guncangan hebat bom dengan berat 9.525 kilogram itu, pejaba Afghanistan melaporkan jumlah tewas kepada pihak kelompok IS. "Sebanyak 36 pejuang IS tewas. Tidak ada anggota militer (Afghanistan) dan sipil yang tewas," jelasnya.
Namun, pada Jumat (14/4), kelompok IS membantah 'ibu dari segala bom' itu telah merenggut nyawa anggotanya. "Sumber keamanan (IS) kepada kantor berita Amaq membantah ada korban tewas atau luka dari serangan Amerika di Nangarhar yang menggunakan GBU-43/B," yang dikutip sejumlah akun media sosial.
Tiga hari setelah pengeboman, juru bicara pejabat Provinsi, Attaullah Khogyani, mengatakan bahwa korban tewas di pihak IS akibat serangan MOAB bertambah menjadi 90 orang. Salah satu korban yang tewas ialah saudara laki-laki dari pemimpin IS Hafiz Saeed yang tewas tahun lalu.
Pada hari yang sama, Komandan Pusat Tentara AS di Kabul, Jenderal John Nicholson, juga menggelar jumpa pers. "Bom ini ialah senjata yang tepat melawan target yang tepat," ucapnya.
Nicholson menjelaskan bom MOAB dijatuhkan setelah operasi militer AS gagal menembus basis pertahanan IS. Pada serangan di Momand Dara pada Sabtu (8/4), seorang pasukan elite AS tewas tertembus peluru dari milisi IS.
Namun, sejumlah pertanyaan mencuat soal penggunaan MOAB yang mulai dikembangkan Angkatan Udara AS pada 2003 tersebut. Menurut laman militer Deagel, Pentagon memilik 15 unit MOAB dan satu unit MOAB berharga US$16 juta atau sekitar Rp213 miliar.
Sejumlah analis mengatakan penggunaan bom MOAB disebutnya sebagai tindakan yang 'tak sebanding'. "Pemerintah Trump hanya membuat kegaduhan dengan bom ini," jelas Michael Kugelman dari Woodrow Wilson Center di Washington, AS.
Penguasa pertempuran darat di wilayah Afghanistan tetaplah dikuasai milisi Taliban dan IS atau Daesh. (AFP/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved