Pemerintah Saatnya Danai Museum

Arnoldus Dhae
25/3/2017 15:45
Pemerintah Saatnya Danai Museum
(MI/ARNOLD)

PEMERINTAH sudah saatnya membantu mendanai setiap museum swasta untuk kelangsungan hidup museum tersebut.

Dana pemerintah antara lain diperlukan untuk biaya restorasi, pelestarian, dan perawatan.

Menurut maestro seni lukis asal Bali, Nyoman Gunarsa, bantuan pemerintah sangat penting karena museum merupakan identitas atau jati diri sebuah bangsa dan peradaban.

Barang-barang yang ada di museum bukan hanya pajangan, melainkan juga memiliki berbagai nilai, di antaranya filosofi, religi, etika, estetika, dan pesan moral.

Bahkan, ujarnya, di dalam museum juga terdapat ide, inspirasi, seni, unsur mistis magis, serta kaya dengan pesan bagi generasi muda.

"Semakin orang sering melakukan perubahan, modernisasi, globalisasi, akan semakin memiliki keterikatan dengan tradisi dan klasik. Perubahan itu hanya bisa dilakukan di atas yang sudah ada, di atas sebuah tradisi," ujarnya saat ditemui di Museum Nyoman Gunarsa di Desa Banda, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, kemarin.

Sayangnya, ujar Gunarsa, hingga kini pemerintah tidak memperhatikan pentingnya hal tersebut sehingga museum swasta harus mencari dana sendiri.

Ditambah lagi, masyarakat Indonesia juga tidak melihat museum sebagai sesuatu yang penting sehingga tidak mengherankan bila jumlah pengunjung museum selalu minim.

"Orang Indonesia lebih suka berkunjung ke mal atau bioskop ketimbang berkunjung ke museum. Ini berbanding terbalik dengan orang Barat. Bagi orang Eropa dan Amerika, berkunjung ke museum sudah menjadi kebutuhan," ujarnya.

Nasib seperti itu juga dialami Museum Nyoman Gunarsa. Menurutnya, jumlah pengunjung museum miliknya setiap hari tidak pernah mencapai 50 orang.

Kendati pelajar taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) bisa berkunjung secara cuma-cuma, belum ada yang tertarik.

Belakangan jumlah pengunjung semakin sepi, bahkan terkadang tidak ada satu pun pengunjung yang datang.

"Kalau kondisinya begini, dari mana manajemen museum bisa menggaji karyawan, merawat, melestarikan, dan merestorasi karya-karya klasik yang sudah berabad-abad lamanya?" keluhnya.

Ia mengakui manajemen Museum Nyoman Gunarsa tidak mau bekerja sama dengan para pemandu wisata untuk membawa pengunjung ke museum tersebut.

Alasannya. para pemandu wisata meminta komisi terlalu besar.

Padahal, tarif berkunjung ke museumnya hanya Rp75 ribu per orang.

"Saya juga ingin museum yang saya bangun tidak untuk bisnis semata, tetapi nilainya lebih daripada sekadar bisnis," ujarnya.
Makin terpuruk

Gunarsa juga mengungkapkan program Tahun Kunjungan Museum yang pernah dicanangkan Jero Wacik ketika menjabat menteri pariwisata sama sekali tidak memiliki dampak positif.

Jumlah pengunjung museum tetap stagnan.

Nasib yang sama juga dialami museum lainnya di Tanah air.

"Apalagi MNG (Museum Nyoman Gunarsa) yang ada di desa seperti ini, kondisinya semakin terpuruk," ujarnya.

Oleh karena itu, ia juga berharap ada perubahan pola pikir mulai dari pejabat pemerintah, politisi, akademisi, hingga lembaga pendidikan terhadap museum.

"Bapak Presiden, misalnya, mulai dengan berkunjung ke museum. Demikian juga gubernur, bupati, anggota dewan, dan seterusnya menggelar acara di museum," tutur Gunarsa. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya