Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PENGOBATAN tidak tuntas menjadi tantangan dalam penanganan penyakit tuberkulosis (Tb) di Indonesia.
Persoalan itu berdampak pada meningkatnya kasus Tb resisten obat (multidrug resistant/MDR-Tb) yang pengobatannya lebih sulit.
Jika tidak ditangani dengan benar, MDR-Tb pun bisa berkembang menjadi extensively drug resistant-Tb (XDR-Tb), jenis Tb dengan tingkat resistensi obat yang lebih kompleks.
"Tb biasa dapat disembuhkan dengan pengobatan penuh selama enam bulan, estimasi biayanya sekitar Rp1,2 juta. Tapi pada MDR-Tb, hanya 50%-70% peluang kesembuhannya. Kalau sampai XDR-Tb, pengobatannya memakan waktu bertahun-tahun. Biayanya diperkirakan lebih dari Rp100 juta," terang Dirjen Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Mohammad Subuh, dalam acara peringatan Hari Tb Sedunia yang jatuh setiap 24 Maret, di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2016, kejadian Tb resisten di Indonesia pada 2015 mencapai 10 ribu kasus.
Dari jumlah itu, yang berobat hanya 1.519 orang dengan tingkat keberhasilan 51%.
Untuk mencegah semakin banyaknya insidensi MDR-Tb, imbuhnya, pemerintah mendorong seluruh pemberi pelayanan Tb memberikan pelayanan standar.
Salah satunya melalui program Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS) serta melibatkan kader baik dari dinas kesehatan maupun organisasi masyarakat untuk proaktif mengedukasi dan memantau Tb di masyarakat dengan pendekatan keluarga.
"Kami juga menjalankan gerakan Mengetuk 100.000 Pintu untuk secara aktif menemukan kasus Tb yang belum terlaporkan. Gerakan itu dilakukan di 34 provinsi dengan kerja sama antara dinas kesehatan kabupaten/kota dan LSM," terang Subuh.
Setelah satu minggu dijalankan, sambung Subuh, temuan kasus Tb positif mencapai 600 ribu kasus.
Yang terbanyak ditemukan di perkotaan karena lingkungan perkotaan yang padat penduduk, kumuh, dengan sanitasi dan sirkulasi udara yang kurang baik, memudahkan penularan Tb.
Subuh memaparkan, untuk pengobatan pasien Tb, pemerintah pusat mengalokasikan dana Rp300 miliar setiap tahunnya.
Ada juga sumbangan dari luar negeri sebesar Rp100 miliar berupa alat-alat termasuk perlengkapan diagnosis seperti alat tes cepat molekuler labolatorium.
"Belum semua pemerintah daerah (pemda) punya alat itu dan dokter spesialis paru untuk penanganan Tb juga belum merata ada di semua daerah. Oleh karena itu, kami mengadakan puskesmas satelit sebanyak 1.217 untuk pemeriksaan awal dan per-luasan layanan kesehatan."
Pengobatan dua tahun
Sulitnya pengobatan MDR-Tb, diungkapkan salah satu mantan pasien, Tata Ardita.
Selama dua tahun lebih dirinya harus menjalani pengobatan di Rumah Sakit (RS) Persahabatan, Jakarta.
"Selama delapan bulan, setiap hari saya harus disuntik dan dua tahun tidak putus minum obat setiap hari, jumlahnya 13 butir per hari. Efek sampingnya mual, muntah, pendengaram berkurang, mata rabun, dan gatal-gatal. Kerja juga jadi tidak maksimal dan saya terpaksa harus pindah tempat tinggal yang lebih dekat RS," tutur Tata.
Tata yang dinyatakan sembuh pada 27 Januari lalu kini aktif dalam Yayasan Pejuang Tangguh untuk memberikan dukungan bagi pasien Tb lainnya.
(H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved