Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
REKTOR Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Dwikorita Karnawati memeringatkan agar masyarakat untuk selalu mewaspadai terjadinya bencana. Kondisi geologi Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng dunia, menyebabkan negeri ini sering mengalami getaran atau guncangan.
"Bahkan tidak hanya gempa, namun juga banjir, tanah longsor, tsunami, dan juga puting beliung. Longsor di Cianjur beberapa waktu lalu hanya sedikit contoh," kata Dwikorita di Yogyakarta.
Dalam kondisi dimana Indonesia berada pada daerah rawan bencana itulah, lanjut Dwikorita, secara periodik, gunung berapi akan mengalami erupsi. Akibatnya, akan membuat lereng-lereng curam yang tersusun oleh batuan rapuh dan tanah gembur, akan menjadi labil. Hal demikian, lanjut dia, secara alamiah akan membuat pergerakan tanah.
Dwikorita menjelaskan, tanah labil tersebut akan bergerak dan menyebabkan longsor jika ada pemicu. Prosesnya bisa disebabkan hujan deras atau hujan yang tidak terlalu deras namun dalam waktu cukup lama.
Pemicu lain adalah karena getaran gempa. "Interaksi kondisi alam dan curah hujan atau getaran gempa ini membuat tanah labil bergerak," kata dia.
Kondisi alam yang labil dan rapuh tersebut diperparah aktivitas manusia. Misalnya pembukaan lahan secara tak terkendali dengan memangkas atau membongkar tanah yang dalam kondisi rapuh. Termasuk juga banjir di berbagai daerah, tidak lepas dari perilaku manusia yang kurang menjaga lingkungan.
Terkait itulah Dwikorita mengingatkan tentang pentingnya mitigasi. Melalui mitigasi, korban dan kerugian akibat bencana bisa ditekan semaksimal mungkin. "Silakan alam berproses, namun jangan sampai menimbulkan korban dan kerugian. Artinya, meski gempa atau tsunami tidak bisa dicegah, namun kerugian akibat bencana itulah yang seharusnya dicegah," tuturnya.
Terkait mitigasi, UGM juga melakukan berbagai upaya. Bahkan,menurut Dwikorita, upaya tersebut sudah dilakukan sebelum tahun 2000 melalui riset. "Hasil riset perluuntuk diaplikasikan dan itu kami lakukan. Upaya pemeliharaan lereng, penataan lahan, hingga mitigasi resikobencana, semua dilakukan berbasis riset," tutur penyandanggelar master dan doktor bidang geologi dari UniversitasLeeds, Inggris ini.
Dwikorita mencontohkan, UGM telah melakukan penelitian dan pemetaan di daerah rawan longsor untuk tata guna lahan. Selain itu, pengembangan sistem peringatan dini bencana banjir dan longsor yang telah berstandard dunia dan digunakan pula oleh Cina dan Myanmar.
"Aplikasi penelitian UGM berbasis teknologi lokal dan melibatkan komunitas masyarakat," katanya. Bukan hanya mengandalkan peralatan berbasis riset teknologi.
Pentingnya mitigasi bencana dan menanam kewaspadaan masyarakat terhadap bencana adalah hal yang mutlak ada di Indonesia. Tadi pagi bencana gempa bumi tektonik dilaporkan terjadi di Denpasar Bali. Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat, hingga dirasakan di Bayuwangi dan Jember Jawa Timur, pada pukul 07.10 Wita.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto menyebutkan lokasi pusat gempa bumi berada di koordinat 8.88 lintang selatan 115.24 bujur timur dengan kedalaman 117 kilometer. Dampak gempa bumi tersebut berupa guncangan lemah, sedang, hingga kuat dirasakan di sejumlah daerah di Bali, seperti Kuta, Gianyar, dan Denpasar.
Guncangan juga terasa di Pulau Lombok hingga Pulau Sumbawa, NTB, dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III-V "modified mercalli intensity" (MMI). Di daerah itu, guncangan gempa bumi dirasakan oleh hampir semua orang. "Guncangan gempa bumi juga dilaporkan terasa hingga Banyuwangi, Jawa Timur," katanya.
Lebih lanjut, Agus menambahkan ditinjau dari kedalamannya, gempa bumi tersebut merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi, hasil interaksi Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.(OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved