Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
SIANG itu sekitar pukul 14.00, Media Indonesia berkunjung ke sebuah unit apartemen di kawasan Kalibata, bilangan Jakarta Selatan.
Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk bertemu dengan salah satu aktivis perempuan yang membela dan memberikan konsultasi kepada para perempuan korban kekerasan.
Ia bernama Helga Worotitjan.
Unit apartemennya yang berada di lantai 7 memang tidak terlalu luas dan penuh dengan alat-alat masak.
Ternyata memasak memang menjadi pekerjaannya untuk mencari nafkah, selain kesibukannya memberikan konsultasi kepada para perempuan korban kekerasan.
"Saya mulai masak-memasak itu sejak 2013, sebelumnya saya bekerja di sebuah NGO milik Kanada, lalu sempat di media juga, dan baru terjun ke masak-memasak karena waktunya yang fleksibel," jelas Helga kepada Media Indonesia, Senin (13/3).
Pengalaman pahitnya sebagai perempuan yang pernah menjadi korban kekerasan sejak usia dini, membuat dirinya berkecimpung dalam dunia advokasi, konseling, dan pendampingan para perempuan korban kekerasan yang dimulai sejak 2011 melalui sebuah komunitas yang dirintisnya dan diberi nama Inspirasi Indonesia.
Alasan ia akhirnya tercebur dalam mendampingi serta mengadvokasi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan ialah ia pernah mengalaminya waktu kecil.
Lalu, karena trauma yang tidak ditangani. Maka, ia terjebak lagi pada lingkaran kekerasan pada saat berumah tangga.
"Pada saat itu saya mengalami susahnya mencari orang atau lembaga yang menolong karena waktu itu tinggalnya di Kalimantan. Berangkat dari situ, setelah saya memulihkan diri, saya coba belajar isunya, lalu ikut training atau workshop untuk survivor yang mau jadi konsultan," papar Helga.
Berbekal pengalaman pahitnya tersebut tidak cukup untuk membantu orang-orang yang mengalami hal serupa.
Dibutuhkan ilmu serta pemahaman isu-isu terkait guna memberikan konsultasi yang baik dan benar serta terhindar dari rasa pelampiasan.
"Saya enggak mau bergerak di isu ini karena semata-mata pengalaman, tapi juga harus paham mengenai isunya agar tidak salah dan tidak menjadikan kegiatan saya dalam mendampingi ini sebagai sarana pelampiasan apa yang tidak bisa saya lakukan dulu sehingga memaksa orang lain untuk melakukannya," imbuhnya.
Terjebak lingkaran kekerasan
Pengalaman kekerasan yang dialaminya sejak kecil dan dilakukan orang terdekat serta terulang pada saat ia berumah tangga, membuat dirinya pada saat itu terjebak pada lingkaran kekerasan.
"Yang pertama kali menjadi motivasi kuat saya adalah kedua anak perempuan saya. Saya tidak ingin apa yang saya alami dialami oleh anak-anak saya," jelas ibu yang hobi menulis puisi ini.
Itu sebenarnya yang paling mendasar dari gerakan ini.
Saat perceraian kedua, ia sadar bahwa ada trauma yang menumpuk yang tidak ditangani sehingga pada 2007-2008 memutuskan untuk melakukan pemulihan.
Proses pemulihan yang dilakukan Helga tidak tergolong singkat.
Proses pemulihan yang dimulainya sejak 2008 tersebut baru berakhir pada pertengahan 2011.
Pascapemulihannya tersebut dia mulai merintis
Inspirasi Indonesia.
Helga ingin punya kelompok yang isinya survivor semua, tapi para penyintas yang juga terpanggil untuk menjadi defender.
Mereka ialah pembela hak-hak perempuan dan anak serta mau mengampanyekan hal itu.
"Sampai sekarang belum saya jadikan lembaga resmi, sifatnya masih sangat cair, orang boleh keluar masuk, yang penting kita saling berbagi dapat ilmu bersama-sama dan kita dorong untuk kampanye antikekerasan apa pun bentuknya," lanjutnya.
Dalam memberikan konsultasi dan pendampingan, Helga membaginya dalam beberapa tahap, yaitu mulai dari konsultasi via e-mail, yakni korban menuangkan isi hatinya dalam sebuah e-mail yang ditulis untuk Helga.
Ada pula tahap lainnya melalui telepon, yakni korban bisa menelepon Helga selama berjam-jam untuk mencurahkan isi hatinya.
Kemudian, tahap terakhir ialah bertatap muka, yakni para korban bisa langsung menuangkan keluh kesahnya kepada Helga.
"Mungkin mereka merasa lebih nyaman untuk curhat atau mengungkapkan kepada orang yang mereka anggap tahu banget apa yang mereka rasakan," katanya.
Tidak bertemu langsung
Menurut Helga, alasannya membuat tahapan konsultasi agar tidak bertemu langsung karena biasanya korban enggan untuk mengungkapkan jika langsung bertemu.
Selain itu, karena baru pertama kali membicarakan sesuatu ke orang yang baru pertama kali dikenal, maka sama seperti mereka mengalami kembali pengalaman pahitnya tersebut sehingga setelah konsultasi harus dilakukan pemantauan.
Beberapa orang ada juga yang meminta langkah lebih lanjut seperti bantuan hukum.
Kalau seperti itu, Helga meminta bantuan ke LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan).
"Cuma kalau masalah dia complicated dan butuh jejaring yang lebih lebar biasanya saya kerja sama ke LBH Jakarta karena mereka punya divisi untuk kelompok rentan. Kalau misalnya butuh konseling berkala maka saya rujuk ke Yayasan Pulih," lanjut Helga.
Sejak awal dirintis pada 2011 hingga saat ini, tercatat ada sekitar 33 perempuan korban kekerasan yang mendapat pendampingannya.
Dirinya sendiri membatasi jumlah korban yang dia tangani karena jika terlalu banyak menangani banyak korban, akan turut memengaruhi dirinya.
Ia tidak bisa sering-sering memberikan konseling karena kalau orang yang pernah mengalami terlalu banyak konsultasi nanti akan overload.
"Saya membatasinya dengan memberikan rujukan ke teman-teman survivor lain dan biasanya mereka enggak keberatan," jelas Helga.
Untuk ke depannya, Helga memiliki rencana untuk segera melembagakan Inspirasi Indonesia.
Hal tersebut karena mulai banyaknya donatur yang ingin turut memberikan donasi.
Selain itu, dirinya juga akan mencari relawan-relawan lain yang mau terlibat dalam memperjuangkan isu-isu tersebut.
"Kalau sudah legal, saya juga bisa membantu para korban yang ada di daerah. Kasihan mereka belum ada sarana yang memadai untuk hal ini," imbuhnya.
Masyarakat juga memiliki peran tersendiri untuk membantu korban-korban kekerasan tersebut.
Pertama ialah masyarakat harus memiliki kepercayaan kepada korban yang menceritakan pengalaman pahitnya tersebut.
Kedua, jangan menyalahkan korban tersebut agar beban korban tidak bertambah dan merasa bahwa lingkungan sekitarnya aman.
Korban harus benar-benar merasa lingkungan sekitarnya itu aman.
Itu langkah sederhana yang sebenarnya sulit dilakukan, mengingat masyarakat kita cara berpikirnya masih menyalahkan korban.
"Dukungan terhadap korban itu dimulai dari percaya, membuat dia nyaman saat bercerita, dan tidak menyalahkan," pungkasnya.
(M-2)
_______________________
BIODATA :
Nama : Helga Worotitjan
TTL : Balikpapan, 8 Agustus 1973
Pengabdian: Memberikan bantuan pendampingan, konsultasi, dan advokasi bagi para perempuan korban kekerasan.
Anak :
1. Vitae Doranggi
2. Abigail Syaza Satwika
Pendidikan: Manajemen Transportasi Udara - Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved